Bukan Sekadar Benda Seni: Menyingkap Aura Gaib Wayang Kuno di Wonogiri

oleh -151 Dilihat
wayang

KabarBaik.co- Di sebuah rumah kuno di daerah Wonogiri, tersimpan satu set wayang kulit berusia puluhan tahun. Terbuat dari kulit kerbau dan disimpan dalam kotak kayu jati, tokoh-tokoh pewayangan seperti Semar, Petruk, hingga Gatotkaca tampak seperti benda seni biasa. Namun bagi sebagian masyarakat Jawa, wayang bukan hanya karya budaya tetapi juga dipercaya menyimpan kekuatan gaib yang tak kasatmata.

Wayang-wayang kuno yang diwariskan secara turun-temurun sering dianggap memiliki isi, yakni roh atau energi spiritual yang melekat sejak wayang itu dibuat. Oleh karena itu, wayang tidak boleh dimainkan sembarangan, apalagi oleh orang luar garis keturunan pembuatnya. Salah langkah bisa dianggap melanggar batas dunia gaib dan berisiko mendatangkan gangguan.

Tertawa Tengah Malam, Gamelan Tanpa Tangan

Kisah mistis kerap mengelilingi keberadaan wayang-wayang tua. Pada malam-malam tertentu seperti Jumat Kliwon, sering terdengar suara-suara tak wajar dari ruangan penyimpanan tawa khas Punakawan atau alunan gamelan, padahal tak ada kegiatan manusia. Suasana rumah pun kadang berubah drastis menjelang kejadian besar, seolah para wayang memberi pertanda lewat isyarat halus.

Dalam budaya Jawa, pertunjukan wayang diyakini sebagai media komunikasi antara dunia manusia dan alam gaib. Cerita-cerita yang dibawakan tidak hanya sekadar lakon, tetapi bisa menjadi simbol kondisi nyata atau peringatan yang datang dari dunia lain.

Tidak Boleh Dipisah atau Dijual

Wayang-wayang tua tidak boleh sembarangan dipisahkan atau dijual. Masing-masing tokoh dipercaya saling terhubung dan membentuk keseimbangan energi. Jika satu tokoh diambil untuk pajangan atau dipindahkan ke tempat lain, bisa terjadi gangguan baik secara fisik maupun spiritual. Kepercayaan ini membuat keluarga pemilik warisan wayang selalu menolak tawaran pembeli, seberapa mahal pun harganya.

Wayang dianggap sebagai bagian dari warisan leluhur yang memiliki fungsi lebih dari sekadar benda pertunjukan. Ia adalah penjaga rumah, pelindung keturunan, dan simbol keharmonisan antara manusia dan alam halus.

Ritual Ngasih Nasi dan Pertunjukan Bayangan

Menjelang malam 1 Suro atau masa-masa tertentu, wayang-wayang ini biasanya dihidupkan kembali melalui ritual. Lampu minyak dinyalakan, kemenyan dibakar, dan sajian nasi gurih diletakkan di depan kotak penyimpanan. Layar putih dibentang, dan cahaya dipantulkan untuk menampilkan bayangan tokoh-tokoh secara simbolik—bukan untuk manusia, tapi untuk dunia roh.

Wayang-wayang itu dirawat dengan penuh penghormatan: diberi nama, dibersihkan dengan air bunga, dan bahkan diajak berbicara sebagai bentuk penghubung batin dengan dunia gaib.

Lebih dari Sekadar Seni

Dalam pandangan masyarakat Jawa, wayang bukanlah sekadar produk budaya, melainkan makhluk halus yang menjembatani dunia nyata dan spiritual. Ia menjadi simbol nilai moral, etika, sekaligus perlindungan gaib.

Di balik bayangan yang menari di layar putih, tersembunyi kekuatan tak kasatmata yang tetap setia menjaga garis keturunan dan tradisi. Wayang tetap hidup—selama masih dihormati, dikenang, dan dirawat sesuai adat.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Muhammad Rizqi Hidayah
Editor: Lilis Dewi


No More Posts Available.

No more pages to load.