Dicokok! Paryatin, Ratu Narkoba di Balik 2 Ton Sabu Itu Ternyata…

oleh -127 Dilihat
PARYATIN

​KabarBaik.co— Dusun Sumber Agung, Desa Balong, Ponorogo, selama ini dikenal sebagai kampung sunyi. Namun, belakangan dalam sorotan, sebuah diagnoza sosial yang terasa pahit. Desa ini jadi buah bibir setelah terkuak ada warganya, Paryatin, 43, dicokok petugas gabungan internasional pada Senin (1/12) kemarin. Ia diduga menjadi pengendali utama penyelundupan narkoba jenis sabu+sabu. Jumlahnya bikin geleng-geleng kepala, sekaligus mengelus dada bahkan mungkin marah.

Betapa tidak, jumlah barang haram itu mencapai 2 ton atau 2 ribu kilogram. Kira-kira seberat mobil Fortuner. Saat dicokok Paryatin berganti wajah dan nama Dewi Astuti. Selama ini warga mengenalnya sebagai seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) alias TKW. Siapa sangka, ternyata terjerumus dalam dari jaringan Fredy Pratama. Pelarian ”Ratu Narkoba” ini berakhir setelah tim gabungan BNN, Interpol, dan BAIS TNI berhasil menciduknya di Sihanoukville, Kamboja.

​Kasus yang menyeret nama Paryatin ini bermula dari operasi senyap BNN bersama tim gabungan. Pada Mei 2025 lalu, tim intelijen dan penindakan berhasil mengendus dan mencegat sebuah kapal di perairan utara Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau (Kepri).

​Kapal yang dicurigai tersebut, setelah digeledah, ternyata memuat muatan yang mengejutkan, 2 ton sabu-sabu yang dikemas rapi. Penggagalan haul raksasa ini menjadi salah satu penindakan narkoba terbesar dalam sejarah Indonesia. Dari sinilah penyelidikan dikembangkan, menelusuri aliran dana dan komunikasi, hingga BNN mengidentifikasi seorang perempuan bernama Dewi Astutik sebagai pengendali utama operasi ini.

Nilai sabu ditaksir mencapai Rp 5 triliun. Kini, sudah dimusnahkan secara terbuka oleh BNN di Batam, Kepri, pada Juni 2025. Pemusnahan ini dilakukan di bawah pengawasan ketat untuk memastikan tidak ada barang bukti yang disalahgunakan.

PARYATIN2
Paryatin alias Dewi Astuti dalam penampilan lain. (Foto IST)

​Setelah identitas Dewi Astutik terkuak, ia resmi ditetapkan sebagai buronan Red Notice Interpol dan menjadi DPO utama BNN.  Paryatin alias Dewi Astutik disinyalir mengatur pergerakan sabu-sabu dalam jumlah fantastis tersebut, sebagai bagian penting dari jaringan sindikat narkoba internasional yang dikendalikan oleh Fredy Pratama. ​Perburuan intensif akhirnya membuahkan hasil.

​Fakta sesungguhnya, warga mengenal perempuan tersebut sebagai Paryatin (PA). Ia dikenal memiliki latar belakang sebagai PMI yang telah bekerja puluhan tahun di luar negeri, antara lain di Taiwan dan Hong Kong, sebelum terakhir kali berpamitan untuk bekerja di Kamboja pada tahun 2023. ​Penyelidikan menguatkan dugaan bahwa nama Dewi Astutik hanyalah identitas palsu yang digunakan Paryatin untuk mengelabui aparat, menunjukkan betapa rapinya perencanaan kriminalnya.

Fredy Pratama, bos besa Paryatin, merupakan WNI asal Kalimantan Selatan. Dia disebut-sebut sebagai bandar narkotika terbesar di Asia Tenggara. ​Jaringannya mencakup rute transnasional, mengendalikan peredaran di 14 provinsi di Indonesia, dengan perputaran uang yang ditaksir mencapai puluhan triliun rupiah.

Fredy Pratama telah menjadi DPO sejak 2014 silam dan buronan Red Notice Interpol sejak 2013, mengendalikan bisnis haramnya dari Thailand.

Penangkapan Paryatin tersebut menjadi kemajuan besar dalam upaya membongkar total sindikat ini. Maklum, perannya sebagai salah satu orang kepercayaan yang bertanggung jawab atas operasional penting jaringan Fredy Pratama. Paryatin kini menunggu proses ekstradisi dan hukum di Indonesia. Hukuman berat pun menanti. Bahkan mungkin terancam hukuman mati. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.