KabarBaik.co – Tumpukan gula hasil gilingan tebu petani Jawa Timur kian menggunung di gudang pabrik. Kondisi ini membuat para petani gelisah lantaran hasil panen mereka tak segera terserap pasar.
Di Pabrik Gula (PG) Kremboong, Sidoarjo, misalnya, dalam sebulan terakhir stok yang belum terjual sudah mencapai sekitar tiga ribu ton.
Manajer Keuangan dan Umum PG Kremboong, Bastony Choiri, menuturkan persoalan ini muncul karena pasar dibanjiri gula rafinasi dengan harga lebih murah.
“Petani akhirnya kesulitan biaya untuk menebang dan menggiling tebu mereka. Kalau stok terlalu lama di gudang, petani bisa terkena denda,” jelas Bastony.
PG Kremboong yang berdiri sejak 1847 itu memiliki kapasitas giling 2.500 ton tebu per hari, menghasilkan 130–160 ton gula. Bahan bakunya tidak hanya berasal dari Sidoarjo, tetapi juga Pasuruan, Mojokerto, Malang, hingga Lumajang. Bastony menegaskan, tanpa solusi penyerapan, nasib ribuan petani akan semakin terpuruk.
Menanggapi kondisi tersebut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut pemerintah sudah menjalin koordinasi dengan Badan Layanan Umum Danantara untuk menyiapkan dana pembelian gula petani.
“Danantara sudah menyiapkan anggaran Rp 1,5 triliun untuk menyerap hasil panen tebu. Di beberapa wilayah bahkan sudah mulai berjalan,” ujar Khofifah saat di pasar murah Taman Kamis(04/09).
Ia mencontohkan pengalaman di Lumajang, di mana keluhan petani soal stok menumpuk bisa langsung diatasi dengan penyerapan pada hari yang sama.
Menurut Khofifah, komunikasi intensif antara pemerintah, pabrik gula, dan lembaga penyerapan sangat penting agar suplai gula ke masyarakat tetap lancar sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).
Namun, hingga kini penyerapan yang dilakukan Danantara masih terbatas pada tujuh pabrik gula di Jawa Timur, yakni PG Assembagoes Situbondo, PG Pradjekan Bondowoso, PG Semboro Jember, PG IGG Banyuwangi, PG Gempol Krep Mojokerto, PG Ngadirejo Kediri, dan PG Pesantren Baru Kediri. Nama PG Kremboong belum masuk dalam daftar tersebut.
Khofifah berharap kebijakan ini segera diperluas agar semua pabrik gula, termasuk PG Kremboong, dapat merasakan manfaatnya. “Harapan kita, tidak ada lagi petani yang kesulitan menjual hasil panennya, dan masyarakat tetap mendapatkan gula dengan harga yang wajar,” ujarnya.
Serbuan gula rafinasi ke pasar rumah tangga dituding sebagai biang keladi persoalan ini. Padahal aturan menyebutkan, produk tersebut hanya boleh digunakan untuk kebutuhan industri, bukan untuk konsumsi masyarakat umum. Karena itu, ketegasan pemerintah dalam membatasi peredaran gula rafinasi sangat dinantikan, agar petani lokal tidak semakin terjepit. (*)








