KabarBaik.co – Fenomena anak berhenti sekolah setelah lulus SMP dan MTs masih menjadi persoalan serius di Sidoarjo. Berdasarkan data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendikbud), hingga Juni 2025 tercatat ada 1.568 lulusan SMP dan 408 lulusan MTs yang tidak melanjutkan ke jenjang SMA, SMK, maupun MA.
Kabid Mutu Pendidikan Dispendikbud Sidoarjo Netti Lastiningsih menyebut angka tersebut memang cukup tinggi, namun kondisinya lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Menurutnya, ada tren penurunan yang cukup signifikan dalam setahun terakhir.
“Kalau dulu anak SMP yang tidak sekolah ada 2.068, kini menjadi 1.568, turun sekitar 24 persen. Untuk MTs juga turun drastis, dari 1.088 anak menjadi 408 anak atau berkurang 62 persen,” jelas Netti, Selasa (26/8).
Dari jumlah itu, mayoritas anak berstatus Lulus tapi Tidak Melanjutkan (LTM). Untuk lulusan SMP, ada 1.086 anak LTM dan 482 anak benar-benar putus sekolah. Sementara di MTs, sebanyak 238 anak tercatat LTM dan 170 anak Drop Out (DO).
Kondisi ini menunjukkan bahwa tantangan terbesar ada pada fase transisi dari SMP/MTs menuju pendidikan menengah atas. Banyak siswa sebenarnya sudah menuntaskan pendidikan menengah pertama, tetapi terhenti saat hendak melanjutkan ke jenjang berikutnya.
“Padahal SMA/SMK/MA merupakan tahap penting sebelum anak masuk ke dunia kerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi,” terang Netti.
Ada banyak faktor yang membuat anak berhenti sekolah usai SMP. Di antaranya karena alasan ekonomi sehingga anak harus membantu orang tua bekerja, kurangnya minat untuk melanjutkan pendidikan, hingga sebagian memilih jalur pendidikan nonformal seperti mondok di pesantren.
Menurut Netti, faktor-faktor tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah. Pasalnya, angka Anak Tidak Sekolah (ATS) di Sidoarjo masih menempatkan kabupaten ini di peringkat ke-13 tertinggi se-Jawa Timur.
Untuk menekan angka tersebut, Dispendikbud melakukan berbagai langkah, mulai dari jemput bola ke wilayah pinggiran dan perbatasan, melakukan pendataan by name by address, hingga memfasilitasi anak agar bisa masuk ke sekolah terdekat.
“Kami juga akan menggandeng berbagai stakeholder untuk memperluas penjangkauan,” pungkasnya. (*)






