KabarBaik.co — Upaya peningkatan keterbukaan informasi di Jawa Timur menunjukkan lonjakan signifikan. Komisi Informasi (KI) Jatim mencatat, ada sebanyak 47 badan publik berhasil meraih predikat Informatif pada Monitoring dan Evaluasi (Monev) Keterbukaan Informasi Publik 2025. Angka ini naik hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya yang hanya 26 badan publik.
“Alhamdulillah. Ini satu bukti bahwa budaya transparansi makin benar-benar membumi di tubuh badan publik di Jatim,” tegas Yunus Mansur Yasin, Kabid Advokasi, Sosialisasi, dan Edukasi KI Jatim sekaligus Koordinator Tim Monev KIP 2025, saat memaparkan hasil evaluasi jelang malam Anugerah KI Awards di Kabupaten Bojonegoro.
Tidak hanya predikat Informatif yang meningkat, Jumlah penerima penghargaan pada KI Awards juga naik signifikan. Tahun ini, ada sebanyak 69 badan publik bakal menerima apresiasi, meningkat dari 50 badan publik tahun lalu. Mereka merupakan yang terbaik dari ratusan peserta Monev, mulai dari pemerintah desa, BUMD, Pemkab/Pemkot, instansi vertikal, hingga OPD Pemprov Jatim.
Yunus menegaskan, seluruh proses penilaian dilakukan secara independen dan mengacu pada Perki 1/2021 tentang Standar Layanan Informasi Publik serta Perki Monev. Penilaian mencakup pengisian Self Assessment Questionnaire (SAQ), visitasi atau verifikasi faktual, hingga sesi wawancara. “Skor 90 ke atas masuk kategori Informatif, sedangkan 80–89 berstatus Menuju Informatif. Semua berbasis pembobotan yang terukur,” jelasnya.
Menurut Yunus, ada perkembangan yang tak kalah menggembirakan. Mayoritas bupati, wali kota, dan pimpinan badan publik hadir langsung memaparkan inovasi dan strategi layanan keterbukaan informasi dalam sesi wawancara saat Monev. “Ini menunjukkan komitmen kuat dari pimpinan daerah. Mereka tidak hanya memandang KIP sebagai kewajiban administratif, melainkan bagian dari tata kelola pemerintahan yang baik—transparan, akuntabel, dan partisipatif,” ujarnya.
Daftar resmi badan publik informatif dan menuju informatif akan diumumkan pada Malam Anugerah KI Awards di Hotel Aston Bojonegoro, Sabtu 29 November 2025 mulai pukul 18.00 WIB. KI Jatim berharap para pimpinan badan publik dapat hadir menerima penghargaan secara langsung. Sebab, acara ini benar-benar berbeda dan terasa special.
Meski demikian, Yunus menegaskan bahwa penghargaan bukan tujuan akhir. “Ada atau tidaknya penghargaan, keterbukaan informasi adalah amanat konstitusi. Transparansi harus menjadi budaya bersama, bukan sekadar pemenuhan administrasi hukum,” pungkasnya.
Sementara itu, seperti diberitakan sebelumnya, penyelenggaraan Malam Anugerah KI Awards Jatim 2025 tahun ini mengusung konsep yang lebih inovatif dan kolaboratif. Jika pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan terpusat di Surabaya, kali ini gelaran dipindahkan ke Kabupaten Bojonegoro. Langkah tersebut bukan sekadar penyegaran, tetapi bagian dari strategi memperluas ekosistem keterbukaan informasi sekaligus membuka ruang pemerataan ekonomi di luar ibu kota provinsi.
Dengan mengusung tema “Medhayoh Keterbukaan Informasi”, KI Jatim memperkaya bentuk perayaan dengan agenda yang lebih inklusif. Selain penganugerahan untuk badan publik yang menjadi role model transparansi, rangkaian acara juga meliputi Sarasehan dan Diskusi Publik, hingga Festival Banyuurip yang melibatkan komunitas, pelaku UMKM, dan masyarakat lokal. Agenda ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat budaya keterbukaan informasi sebagai fondasi good governance sesuai amanat UU Nomor 14 Tahun 2008.
Suksesnya penyelenggaraan KI Awards di Bojonegoro diharapkan membuka jalan bagi gelaran serupa di berbagai daerah lain pada tahun-tahun mendatang, dengan konsep yang semakin kolaboratif, kreatif, dan berbasis kearifan lokal. Semangat keterbukaan, menurut KI Jatim, harus dirayakan bersama seluruh elemen masyarakat di seluruh penjuru Jawa Timur.
Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan sarat sentuhan budaya lokal, KI Jatim berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang literasi publik, tetapi juga panggung perayaan pentingnya transparansi dalam membangun pemerintahan yang akuntabel dan partisipatif—yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. (*)






