KabarBaik.co – Hujan deras yang mengguyur Sidoarjo dalam beberapa hari terakhir kembali memunculkan persoalan klasik banjir yang tak kunjung surut.
Genangan dengan ketinggian antara 5 hingga 40 sentimeter masih terlihat di banyak titik, membuat warga semakin khawatir karena kondisi ini terus berulang setiap tahun.
Pantauan kabarBaik.co menunjukkan bahwa Kecamatan Tanggulangin menjadi wilayah yang paling parah terdampak. Hingga saat ini, lima desa masih terendam, yaitu Penatarsewu, Banjarpanji, Banjarsari, Kedungbanteng, dan Kalidawir.
Genangan di desa-desa tersebut bertahan berhari-hari dan belum menunjukkan tanda-tanda surut, sehingga aktivitas warga terhambat.
Pakar Perencanaan Wilayah dan Kota dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Putu Gde Ariastita, menyebut bahwa masalah banjir di Sidoarjo tidak melulu disebabkan oleh tingginya curah hujan. Faktor geografis kabupaten yang berada di wilayah delta menjadi pemicu utama terjadinya genangan.
“Sidoarjo merupakan kawasan delta yang secara alamiah memiliki risiko banjir lebih besar,” ujar Ariastita, Rabu (26/11).
Menurutnya, risiko tersebut semakin tinggi ketika area-area yang seharusnya menjadi zona konservasi justru berkembang menjadi kawasan permukiman. Perubahan fungsi lahan inilah yang kemudian memperbesar dampak banjir.
“Ketika kawasan rentan berubah menjadi permukiman, otomatis potensi banjir ikut naik,” jelasnya.
Tak hanya hujan intens, banjir di Sidoarjo juga dipengaruhi air rob serta kiriman air dari hulu. Kombinasi inilah yang kerap menjadikan genangan bertahan lama.
SMPN 2 Tanggulangin menjadi salah satu lokasi yang merasakan dampaknya. Sejak Kamis (20/11), sekolah itu terendam banjir setinggi 5–10 cm selama lima hari. Kegiatan belajar mengajar pun dialihkan melalui daring hingga kondisi kembali memungkinkan.
“Air dari hulu datang bersamaan dengan drainase yang tidak mampu menampung, ditambah pasang air laut. Topografi Sidoarjo yang relatif datar membuat genangan mudah bertahan lama,” terangnya.
Ariastita menilai dalam jangka menengah dan panjang, Pemkab Sidoarjo perlu memperketat perizinan serta mengendalikan aktivitas pembangunan di kawasan konservasi agar daya dukung lingkungan tetap terjaga.
“Penertiban aktivitas di kawasan konservasi sangat penting agar lingkungan tetap punya daya dukung,” ujarnya.
Sementara dalam jangka pendek, langkah teknis harus segera dilakukan untuk mempercepat surutnya genangan di wilayah-wilayah terdampak.
“Pembangunan rumah pompa, pengerukan sungai, serta perbaikan saluran drainase adalah langkah yang bisa dilakukan segera,” pungkasnya.
Jika ingin ditambah grafis data, judul alternatif, atau versi lebih ringkas, saya siap bantu. (*)






