KabarBaik.co – Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari meresmikan Tim Siaga Bencana Kelurahan Prajuritkulon, Kamis (27/11). Peresmian ini dirangkai dengan sosialisasi kebencanaan guna memperkuat kesiapsiagaan warga menghadapi potensi bencana, terutama banjir dan kebakaran.
Dalam sambutannya, Ika Puspitasari -yang akrab disapa Ning Ita- menyebut kondisi geografis Kota Mojokerto yang datar dan padat penduduk membuat wilayah ini memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana.
“Harus tetap waspada di tengah cuaca yang musim penghujan belum pada masa puncaknya, maka pohon-pohon yang sudah kategori tua dan potensi terjadi tumbang harus menjadi kewaspadaan kita semuanya,” ujar Ning Ita.
Kota Bertopografi Rendah dan Dikepung Sungai Besar
Ning Ita menjelaskan, Mojokerto berada pada ketinggian rata-rata 22 meter dengan kemiringan lahan hanya 0–3 persen. Kondisi ini menyebabkan air mudah menggenang saat hujan deras berlangsung.
Kota Mojokerto juga dialiri tujuh sungai besar—Brantas, Brangkal, Sadar, Cemporat, Ngrayung, Watu Dakon, dan Ngotok/Pulo—yang meningkatkan risiko banjir, terutama bila terjadi kerusakan tanggul di wilayah hulu.
Ancaman Kebakaran pada Kota Padat Penduduk
Selain banjir, ancaman kebakaran juga menjadi perhatian. Menurut Ning Ita, sekitar 57 persen wilayah kota merupakan kawasan permukiman, sehingga potensi penyebaran api dalam insiden kebakaran sangat tinggi.
Karena itu, pembentukan Kampung Siaga Bencana di tingkat kelurahan menjadi strategi penting Pemkot untuk mendorong warga lebih tanggap dan mandiri dalam menghadapi bencana.
“Masyarakat jangan hanya sebagai objek tapi sudah harus menjadi subjek, yang artinya harus sudah sadar bagaimana menjadi masyarakat yang tangguh terhadap bencana, bagaimana mendeteksi potensi bencana, bagaimana kalau bencana terjadi langkah pertama yang harus dilakukan,” ujarnya.
Kelurahan Ketiga yang Ditetapkan
Prajuritkulon menjadi kelurahan ketiga yang ditetapkan sebagai Kelurahan Siaga Bencana setelah Gununggedangan dan Surodinawan. Pemkot menargetkan seluruh kelurahan di Kota Mojokerto memiliki tim serupa.
Ning Ita juga menekankan pentingnya koordinasi antara tiga pilar kelurahan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.
Ia kembali mengingatkan bahwa Prajuritkulon memiliki dua kerentanan utama: kepadatan penduduk yang tinggi dan posisinya yang berdekatan dengan tanggul sungai.
“Ini adalah kampung yang sangat padat penduduk dan di sebelahnya tanggul sungai, jangan sampai banjir atau tanggul jebol terjadi, tapi kita harus sadar potensi ancaman itu,” tutup Ning Ita.(*)






