KabarBaik.co – Di ujung timur laut Madura, jauh dari hiruk-pikuk Surabaya, terbentang gugusan pulau kecil bernama Kepulauan Kangean. Dari 126 pulau yang ada, hanya 48 yang berpenghuni. Salah satunya adalah Sapeken, kecamatan yang disebut-sebut sebagai jantung kepulauan tersebut.
Secara geografis, Sapeken lebih dekat ke Banyuwangi dan Bali ketimbang ke Surabaya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga lebih sering berlayar ke Singaraja, Bali. Perjalanan laut itu memakan waktu 6–9 jam. Bila menuju Sumenep di Madura, jaraknya lebih jauh lagi, bisa mencapai 12 jam.
Mayoritas penduduk Sapeken adalah nelayan dan pedagang. Kecamatan ini memiliki luas 201,88 kilometer persegi dengan populasi sekitar 37.765 jiwa yang tersebar di sembilan desa. Laut adalah penghubung utama antar-pulau sekaligus penopang kehidupan.
Hidup jauh di kepulauan bukan berarti terisolasi. Sekitar dua dekade lalu, tiga operator telekomunikasi—termasuk Telkomsel—membangun menara Base Transceiver Station (BTS) di Sapeken. Kehadiran infrastruktur ini seketika mengubah wajah kehidupan masyarakat.

“Dibangunnya tower telekomunikasi membuat masyarakat Sapeken tidak terisolir lagi. Sekarang hampir semua orang punya smartphone, bisa akses informasi, bahkan aktif di media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, sampai YouTube,” tutur Rahman, pemilik toko pakaian dan perlengkapan ibadah Ar Rahman.
Menurutnya, sinyal bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Bisnis daring mulai tumbuh di Sapeken, dari penjualan pakaian hingga perlengkapan rumah tangga.
“Saya kira 95 persen warga Sapeken sudah punya smartphone,” ujarnya saat dikonfirmasi, Sabtu (26/9).
Meski demikian, tidak semua pulau di sekitar Sapeken memiliki menara telekomunikasi. Warga pulau tetangga kerap berlayar hanya untuk mencari sinyal. Pemandangan orang-orang berkumpul di sekitar menara demi mendapatkan signal terbaik menjadi hal yang lumrah.
Smartphone kini menjadi teman setia masyarakat Sapeken. Dibawa ke rumah, pasar, bahkan saat melaut. Media sosial tidak hanya untuk hiburan, tapi juga untuk berdagang.
“Transaksi biasanya dimulai secara online, lalu berlanjut bertemu masyarakat perkotaan di Jawa,” tambah Rahman.
Namun, semakin banyak pengguna, jaringan sering kali melambat. Pada malam hari, internet nyaris tidak bisa digunakan. Baru setelah lewat tengah malam sinyal kembali lancar.
“Sudah saatnya kapasitas jaringan ditambah. Internet sekarang kebutuhan penting, termasuk untuk sekolah online. Selain itu, perlu ada teknisi yang tinggal di Sapeken, supaya kalau ada gangguan bisa cepat diperbaiki,” harapnya.
Telkomsel menyadari peran penting jaringan di daerah terpencil. Manager Mobile Consumer Branch Surabaya Telkomsel, Tectony Rachman menyebutkan, jumlah pelanggan Telkomsel di Madura mencapai 900 ribu orang. Di Kabupaten Sumenep saja, jumlahnya sekitar 250 ribu.
“Telkomsel berkomitmen terus memerluas jaringan agar masyarakat di seluruh Nusantara dapat merasakan manfaat digital,” katanya.
Upaya itu diwujudkan melalui strategi ganda: menghadirkan produk terjangkau seperti kartu by.U dan simPATI, memerkuat branding lokal, sekaligus memerluas infrastruktur. Penambahan BTS, termasuk di pulau-pulau kecil seperti Gili Raja terus dilakukan agar jangkauan sinyal lebih merata.
Manager Network Performance Analysis and Consolidation Jawa Bali Telkomsel, Zaki Fithra menambahkan bahwa pemetaan jaringan dilakukan dengan metode berbasis data, memertimbangkan kepadatan penduduk, pertumbuhan trafik data, hingga kebutuhan layanan publik.
“Untuk daerah kepulauan atau perbukitan, kami gunakan kombinasi survei lapangan, citra satelit, dan kolaborasi dengan pemerintah daerah. Teknologi yang dipakai pun beragam, mulai dari microwave link, small cell, hingga satelit hybrid,” jelas Zaki.

Hari ini, Sapeken mungkin masih jauh dari pusat-pusat urban. Namun dengan sinyal yang berdiri tegak di menara, warga bisa terhubung dengan dunia. Dari ruang kelas daring, transaksi jual-beli, hingga interaksi sosial, semua bergantung pada jaringan yang tak lagi dianggap sebagai kemewahan, melainkan kebutuhan.
Di Sapeken, sinyal adalah jembatan. Ia yang membawa kabar, membuka peluang, dan menghubungkan pulau kecil di utara Jawa Timur dengan dunia luar. Bukti bahwa kemajuan ekonomi dan sosial bisa dimulai dari mana saja—bahkan dari sebuah pulau terpencil di Laut Madura.(*)






