KabarBaik.co – Hujan yang selama ini dianggap bersih dan menyejukkan, rupanya membawa ancaman baru bagi warga Surabaya. Serangkaian penelitian sejumlah komunitas lingkungan menunjukkan bahwa air hujan di Kota Surabaya telah terkontaminasi mikroplastik dalam kadar yang mengkhawatirkan.
Temuan ini merupakan hasil kolaborasi Jejak (Jaringan Gen Z Jatim Tolak Plastik Sekali Pakai), GrowGreen, River Warrior, dan Ecoton. Mereka menempatkan Surabaya di posisi keenam dari 18 daerah yang udara dan hujannya sudah terpapar mikroplastik, dengan tingkat paparan 12 partikel pada area 90 cm² selama dua jam.
Para peneliti mengambil sampel di beberapa kawasan kota, seperti Darmawangsa, Ketintang, Gunung Anyar, Wonokromo, HR Muhammad, Tanjung Perak, hingga Pakis Gelora. Untuk menangkap air hujan, mereka menggunakan wadah dari aluminium, stainless steel, dan mangkuk kaca berdiameter 20–30 sentimeter, lalu diletakkan di ketinggian lebih dari 1,5 meter.
Menurut peneliti GrowGreen, Shofiyah, seluruh titik penelitian tidak luput dari cemaran.
“Tidak ada satu lokasi pun yang bebas mikroplastik. Ini menunjukkan kualitas hujan kita sudah berada pada level yang perlu diwaspadai,” ujarnya, Minggu (16/11).
Dari seluruh lokasi, Pakis Gelora mencatat tingkat cemaran tertinggi, yakni 356 partikel mikroplastik per liter, diikuti Tanjung Perak dengan 309 partikel per liter.
Di Pakis Gelora, tim menemukan aktivitas pembakaran sampah, serta kedekatannya dengan pusat aktivitas manusia seperti pasar dan jalan raya, yang diduga kuat berkontribusi terhadap melonjaknya cemaran.
Shofiyah juga mengingatkan warga untuk tidak membuka mulut saat hujan atau sengaja menelan air hujan, sebab butiran itu dapat membawa mikroplastik ke dalam tubuh.
“Air hujan sekarang sudah tidak sesederhana dulu. Ada risiko mikroplastik yang ikut masuk ke tubuh bila kita menelannya,” jelasnya.
Di sisi lain, peneliti Ecoton, Ridha Fadhilah, menilai pencemaran mikroplastik di hujan Surabaya turut dipengaruhi kondisi laut.
“Air laut yang penuh polusi plastik ikut menguap dalam siklus air. Maka tidak heran jika hujan di kota pesisir seperti Surabaya membawa partikel mikroplastik lebih tinggi,” terangnya.
Temuan ini menjadi peringatan keras agar masyarakat berhenti membakar sampah, membuang limbah ke sungai, serta mengurangi pemakaian plastik sekali pakai. Sebab polusi yang dilepaskan hari ini, bisa kembali turun melalui hujan yang setiap hari membasahi kota. (*)







