KabarBaik.co – Aroma tak sedap bercampur asap pekat tak lagi asing bagi warga Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Sidoarjo. Asap yang membumbung dari puluhan pabrik tahu di wilayah itu kini memicu kekhawatiran serius, tak hanya soal lingkungan tapi juga keselamatan nyawa. Pasalnya, bahan bakar yang digunakan untuk memproduksi tahu ternyata berasal dari sampah plastik yang dibakar secara masif.
Kondisi mencemaskan ini memantik aksi unjuk rasa dari aktivis lingkungan internasional bersama Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Senin (19/5), di Alun-alun Sidoarjo. Mereka mendesak pemerintah bertindak cepat menyetop praktik pembakaran limbah plastik yang dituding jadi biang penyakit mematikan.
“Asap dari pembakaran plastik menyebabkan kontaminasi dioksin dan mikroplastik, yang bisa masuk ke rantai makanan dan mengancam kesehatan warga Tropodo. Telur ayam kampung di sana bahkan mengandung dioksin 80 kali lipat dari ambang batas WHO,” Direktur Eksekutif Ecoton, Daru Setyorini saat ditemui usai aksi.
Data terbaru yang dikantongi Ecoton juga mengungkap kadar polusi udara PM2.5 di kawasan tersebut mencapai 1063 µg/m3, atau hampir 20 kali lipat dari ambang batas nasional sebesar 55 µg/m3.
“Kami juga mendeteksi 25 partikel mikroplastik/m2 di udara, ini sangat berbahaya karena dapat memicu ISPA dan kanker,” tambah Daru.
Yang membuat geleng-geleng kepala, sebagian besar plastik yang dibakar ternyata berasal dari negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Australia. “Negara-negara tersebut mengeksploitasi Indonesia sebagai tempat pembuangan sampah mereka, dengan dalih membantu industri daur ulang,” ujarnya.
Menanggapi kondisi ini, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo, Bahrul Amig, memastikan pemerintah daerah tidak berpangku tangan.
“Kami sudah menandatangani komitmen dengan 43 pengusaha tahu untuk tidak lagi menggunakan bahan bakar kategori B3 seperti plastik, karet, dan styrofoam,” tegasnya.
Ia juga menegaskan bahwa batas toleransi sudah habis. Jika masih ditemukan pelanggaran, DLHK siap mengambil tindakan tegas. “Kami akan bertindak tegas, termasuk penyitaan kendaraan pengangkut bahan bakar ilegal dan pelaporan ke aparat penegak hukum,” katanya.
Sebagai langkah lanjutan, DLHK tengah membentuk komplain center khusus untuk pelaporan pelanggaran limbah serta pengadaan alat pantau kualitas udara dan air.
“Kami ingin kualitas lingkungan hidup menjadi indikator utama. Tidak boleh lagi ada pembenaran bahwa tanpa plastik usaha tahu tidak bisa jalan. Faktanya, ada pengusaha yang tetap eksis tanpa menggunakan bahan bakar berbahaya,” pungkasnya.
Desakan publik pun terus mengalir. Warga Tropodo berharap mereka tak lagi menjadi korban dari praktik industri yang mengorbankan kesehatan demi efisiensi produksi. (*)