KabarBaik.co – Meski sudah berulang kali berubah wajah, Alun-alun Tugu yang berada di Kota Malang selalu melahirkan kesan berarti bagi siapapun yang menikmati tempat tersebut. Antusiasme masyarakat untuk berlama-lama di Alun-alun Tugu terlihat ketika begitu banyak yang berolahraga di Minggu pagi (12/1).
Warga berjalan kaki dan lari-lari kecil mengelilingi tugu dan air mancur yang berada di tengah taman. Ada pula yang sekedar duduk santai menikmati suasana pagi Kota Malang dengan suguhan bangunan bersejarah seperti gedung Balaikota Malang, hotel, markas TNI, hingga gedung DPRD.
Sumber sejarah dari Pemerintah Kota Malang menyebutkan bahwa pembangunan awal alun-alun itu diprakarsai oleh pemerintah kolonial. Alun-alun ini dibangun pada 1920 oleh orang Belanda bernama Thomas Karsten. Tujuannya untuk menghormati jasa Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen yang mendirikan Kota Batavia (Jakarta).
Pada masa itu, bentuk alun-alun atau taman ini masih sederhana. Hanya dibuat melingkar tanpa tugu dan tanpa pagar.
Jalan sekitarnya juga diberi nama dengan nama Jenderal Belanda, sehingga daerah ini sangat kental dengan nuansa kehidupan orang Belanda. Baru satu tahun setelah Indonesia merdeka atau tepatnya pada 1946, muncul inisiatif untuk membangun tugu di tengah taman tersebut.
Peletakan batu pertama dilakukan Gubernur Doel Arnowo yang disaksikan langsung oleh M. Sardjono yang menjadi Wali Kota Malang saat itu. Uniknya, pembangunan tugu di Alun-alun Tugu Kota Malang menjadi pembangunan monumen tugu pertama di Indonesia setelah merdeka.
Pada 1947, pembangunan monumen ini hampir selesai. Sayangnya monumen ini harus hancur saat Agresi Militer Belanda I. Pada 1953, monumen di Alun-alun Kota Malang dibangun kembali dan diresmikan langsung Presiden Soekarno. “Senang duduk santai depan di Balai Kota Malang. Selain senam, juga bisa jalan-jalan melihat keindahan taman Alun-alun Tugu di pagi hari,” kata Hartati, salah satu warga yang mengikuti senam.
Menurutnya, saat ini desain tanpa pagar di Alun-alun Tugu menjadikannya semakin menarik dan indah, dengan penataan taman yang sedemikian rupa. “Setelah ikut olahraga bersama teman-teman, hari ini saya juga ingin jalan-jalan ke Kayutangan. Kan tempatnya tidak jauh dari sini dan kulinernya juga enak-enak,” ungkap Hartati.
Di tempat yang sama, Budi Santoso, warga Kelurahan Kasin, mengaku senang bercanda bersama anak dan istrinya sambil menikmati udara segar Kota Malang. Apalagi terkena tampias air mancur di taman Alun-alun Tugu. “Kalau hari Minggu pagi memang enak jalan-jalan. Jalannya hari ini tidak begitu macet dan kebetulan ini tadi pas ada senam, ya ikutan saja untuk hiburan sekaligus olahraga,” tandas Budi. (*)