KabarBaik.co – Anggota komisi X DPR RI, Muhammad Nur Purnamasidi apresiasi buku ‘Pengembangan SDM Modern: Mengoptimalkan Training Needs Assessment (TNA) Berbasis Social Network untuk Kinerja Unggul’
Hal itu ia sampaikan saat menghadiri acara Bondong Alumni yang bertajuk Diseminasi dan Bedah Buku karya Dr. Selfi Budi Helpiastuti.
Menurut Bang Pur sapaan akrabnya, kegiatan bedah buku tersebut merupakan langkah nyata membangun kolaborasi antara dunia akademik dan pemerintah daerah. Terutama dalam penguatan layanan publik.
“Masih banyak hasil riset dari Perguruan Tinggi yang belum terhubung langsung dengan pelaksanaan program di tingkat daerah. Pelayanan publik secara teoritis dan praktis sebenarnya sudah tersedia di Perguruan Tinggi,” kata Bang Pur, Sabtu (10/5).
Namun menurutnya masih belum dikolaborasikan dengan pemerintah daerah. Maka hasil adopsinya belum maksimal.
Ia menyampaikan, kehadiran institusi pendidikan merupakan aset strategis yang bisa dimanfaatkan oleh sektor pemerintahan untuk memperbaiki pelayanan publik seperti di pendidikan dan kesehatan.
“Saya sebagai alumni merasa perlu menyampaikan ke pemerintah daerah bahwa komunitas akademisi ini sudah memiliki laboratorium lengkap. Kalau diajak kolaborasi, biayanya jauh lebih murah daripada harus mengundang dari Jakarta atau Surabaya,” jelasnya.
“Pelayanan jangan instruktif dari atas. Tanyakan dulu ke masyarakat, mereka ingin dilayani dengan model seperti apa. Lalu dari situ kita bentuk polanya,” imbuh Bahg Pur.
Legislator Golkar itu pun mengapresiasi buku yang ditulis oleh Selfie. Karena buku tersebut juga dapat dijadikan sebagai dasar untuk memperkuat kerja sama antara akademisi dan birokrasi. Tujuannya, agar pelayanan publik tidak hanya efisien, tetapi juga berdampak langsung pada peningkatan kepuasan masyarakat.
Sementara itu, Selfi Budi Helpiastuti secara terpisah menyampaikan bahwa gagasan utama dalam bukunya menitikberatkan pada perubahan pendekatan pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya terhadap Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Selama ini pelatihan bersifat top-down, padahal tidak semua sesuai dengan kebutuhan para karyawan. Saya ingin model pelatihan yang bottin-up, agar benar-benar sesuai dengan kompetensi mereka,” ungkapnya.
Kata Selfi, selama ini pelatihan yabg diadakan seringkali tidak selaras dengan peserta. Padahal sudah menghabiskan anggaran.
“Sayang sekali jika pelatihan tidak sesuai harapan. Maka saya menulis buku ini agar bisa memberi inspirasi bagi pengambil kebijakan dalam menyusun pelatihan yang tepat sasaran,” tutupnya. (*)