KabarBaik.co – Suara roda mini 4WD melesat di lintasan sepanjang empat kali lima meter menggema di Saija Coffee, Desa Randuagung, Kecamatan Kebomas, Gresik, Minggu (3/8). Bukan anak-anak yang berlomba, melainkan puluhan pria dewasa dari kalangan pekerja kantoran hingga buruh pabrik yang mengikuti Gresik STB Pro Fun Race Vol. 1.
Mereka hadir membawa mobil Tamiya kesayangan, bukan sekadar untuk menang, tetapi juga untuk melepaskan penat dari rutinitas kerja. Total hadiah Rp 1,5 juta menanti di garis akhir.
“Kalau kalangan peserta macam-macam, ada yang kerja di pabrik, ada yang kantoran. Tapi memang kebanyakan usia 30 tahun ke atas. Ini salah satu cara kami refreshing melepaskan jenuh dan hobi kami,” ujar Arif Muhammad, ketua panitia sekaligus salah satu penggerak komunitas Gresik Tamiya Community.
Di tengah tuntutan target, deadline, dan jadwal kerja yang padat, Tamiya menjadi jeda yang menyenangkan. Para peserta membawa box set masing-masing, lengkap dengan obeng, gear cadangan, dan dinamo ekstra. Di meja-meja kopi, mereka sibuk menyetel mobil seperti mekanik profesional. Bukan hanya adu cepat, ini juga adu presisi dan konsistensi.
“Biasanya kami ngumpul di warkop Jalan Pahlawan. Tapi sekarang kami geser ke GKB supaya lebih ramai dan menjaring racer-racer baru. Di sini kan pusat pemukiman,” jelas Arif. Ia berharap dengan terselenggara di GKB bisa memperluas komunitas dan mengenalkan bahwa Tamiya bukan lagi sekadar mainan masa kecil.
Lomba kali ini fokus pada kategori STB Pro, yaitu mobil standar box Tamiya yang hanya boleh dimodifikasi bagian roller, gear, dan dinamo dan semuanya harus orisinal standar Tamiya. Hingga siang ini, tercatat 35 peserta ikut serta, dan jumlah tersebut masih akan bertambah karena sistem lomba berlangsung hingga sore hari, pukul 16.00 WIB.
Satu peserta diperbolehkan mendaftarkan lebih dari satu unit mobil dengan nama yang sama. “Sistemnya fleksibel, jadi siapa saja bisa bawa koleksi lebih dari satu mobil. Tinggal disesuaikan dengan strategi,” kata Arif.
Yang membuat suasana makin menarik adalah kehadiran keluarga peserta. Banyak dari para “om-om” ini datang sambil mengajak istri dan anak-anak mereka. Ajang ini berubah menjadi ruang keluarga, bukan hanya lintasan adu cepat. “Ya ini jadi hobi yang positif juga. Sekalian rekreasi keluarga karena banyak om-om ini hadir bersama istri dan anak-anak mereka,” tambahnya.
Menurut Arif, untuk pemula, biaya awal memulai hobi ini tidak mahal. “Set box Tamiya bisa didapat dengan harga sekitar Rp150 ribu yang selanjutnya harus disetel dengan benar, bisa keluar lintasan. Entah karena terlalu ringan, terlalu cepat, atau kurang seimbang,” jelasnya.
Sejauh ini, rekor waktu tercepat tercatat 14,96 detik di lintasan berukuran 4 x 5 meter. Para peserta tidak hanya berasal dari Gresik, tetapi juga datang dari Surabaya dan Lamongan.
Di balik balapan dan garasi mini itu, lomba ini menyimpan satu hal yang tak tampak yakni pelarian dari stres. Di tengah deru mesin mini dan sorak pendukung, para peserta menemukan kembali semangat—bukan sekadar untuk menang, tapi untuk bertahan di kehidupan yang semakin penuh tekanan.
Di lintasan Tamiya ini, kecepatan bukan satu-satunya tujuan. Yang dicari adalah ruang untuk bernapas, sambil tetap memegang remote dan semangat kompetisi.(*)