KabarBaik.co – Kekecewaan melanda para wali murid kelas 1 SDN Candipari 2, Porong, Sidoarjo. Sebanyak 14 siswa baru tiba-tiba diminta pindah sekolah. Ironisnya, keputusan itu muncul setelah dua bulan anak-anak mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Alasan pihak sekolah, jumlah murid kelas 1 sudah melebihi pagu. Sesuai aturan, satu rombongan belajar (rombel) hanya boleh menampung 28 siswa. Namun, murid baru yang diterima mencapai 42 anak.
“Karena ada pagu, mau tidak mau sekolah harus mengeluarkan 14 siswanya. Bilang maaf kepada wali murid paginya 28 dan untuk siswa 14 harus dipindahkan,” ujar wali murid, T (32), menirukan pernyataan kepala sekolah saat rapat pada Kamis (14/8/2025) lalu.
Yang membuat orang tua semakin terkejut, seleksi dilakukan berdasar usia. Anak dengan usia lebih tua dipertahankan. Sedangkan yang usianya lebih muda diminta pindah. Dari catatan yang beredar, usia para siswa terdampak berada di kisaran 6,5–7 tahun.
“Katanya berdasarkan umur. Umur yang tertua dipilih, yang termuda dibuang. Saya curiga, kalau memang itu dari Diknas, tentunya ada datanya kan,” imbuhnya.
Kekecewaan bertambah karena pengumuman itu baru disampaikan setelah dua bulan sekolah berjalan sejak 14 Juli. Para orang tua menilai kebijakan tersebut janggal.
“Kenapa nggak dari awal bilangnya. Kalau sudah penuh, kita nggak daftar. Sudah sekolah dua bulan, terus mendadak disuruh pindah. Kan kasihan anak-anaknya,” katanya.
Lebih mengejutkan lagi, daftar 14 siswa yang harus keluar hanya ditulis tangan di kertas HVS dengan bolpoin. “Ternyata kita cuma ada coretan nama 14 siswa itu pakai bolpoin dan umurnya ditulis,” tegasnya.
Tak hanya itu, para wali murid juga sudah terlanjur mengeluarkan biaya untuk seragam, buku, hingga tabungan sekolah. “Kalau nggak bayar lunas, kita tidak dapat atribut, tidak dapat seragam. Kita juga sudah bayar buku, tabungan juga sudah berjalan,” bebernya.
Meski pihak sekolah menawarkan pemindahan ke sekolah terdekat tanpa biaya tambahan, orang tua menilai keputusan tetap merugikan. Selain memengaruhi psikologis anak, beberapa siswa bahkan sempat mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari teman-temannya setelah namanya masuk daftar pindah.
Kepala SDN Candipari 2 Susanto membenarkan adanya kebijakan distribusi siswa tersebut. “Pagu yang kami dapatkan dari pemerintah hanya satu rombel dengan jumlah 28 siswa, sedangkan pendaftarnya semua warga sekitar dan kami berusaha meminta tambahan kuota tapi hingga saat ini tidak bisa,” jelasnya saat ditemui di sekolah, Selasa (19/8).
Menurut Susanto, 14 siswa akhirnya didistribusikan ke sekolah lain dengan dasar usia paling muda. Namun, masih ada tiga anak yang bersikeras ingin tetap bertahan di SDN Candipari 2.
“Tiga anak ingin bertahan di sini, nanti datanya kami titipkan ke sekolah lain agar masuk dapodik,” ujarnya.
Namun, langkah itu tidak serta-merta meredakan keresahan orang tua. Salah satunya Dandi, warga setempat yang anaknya masuk daftar pindah.
“Ya karena sudah nyaman dan kami asli warga desa sini,” ungkapnya.
Dandi menambahkan anaknya menolak pindah karena sudah merasa diterima di sekolah tersebut.
“Awalnya anak saya nangis, pengumuman sudah diterima di sini kok tiba-tiba disuruh pindah tanpa musyawarah,” tandasnya. (*)