KabarBaik.co – Libur sekolah dimanfaatkan anak-anak untuk bermain di luar rumah, salah satunya bermain layang-layang. Permainan tradisional yang kembali booming ini membuat para perajin kebanjiran order.
Seperti yang dialami Ahmad Rifai (27), warga Desa Simoangin-angin, Wonoayu, Sidoarjo. Sejak awal liburan, Rifai mengaku kewalahan menerima pesanan layang-layang dari berbagai daerah. Dalam sehari, ratusan layangan keluar dari rumah produksinya.
“Permintaan layang-layang saat libur sekolah luar biasa. Semua pesanan sudah penuh. Saya benar-benar kewalahan,” ujar Rifai saat ditemui, Selasa (1/7).
Jenis layangan yang paling diburu antara lain papiran, sawangan, dan aduan. Ketiganya cocok dimainkan saat musim angin seperti sekarang. Layangan aduan menjadi primadona, bahkan permintaannya naik hingga tiga kali lipat dibandingkan musim sebelumnya.
“Permintaan layangan aduan meningkat drastis, sampai 300 persen dari tahun lalu,” jelasnya.
Rifai menjual layangan dengan harga bervariasi. Untuk jenis aduan, dibanderol mulai Rp 1.000 hingga Rp 10.000 tergantung ukuran dan bentuk. Sementara layangan hias seperti sawangan dan papiran dijual lebih mahal, antara Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu per buah.
Sayangnya, ia belum mampu memperluas kapasitas produksi karena keterbatasan tenaga kerja. “Kalau saya punya tim yang lebih banyak, pasti bisa melayani lebih banyak pesanan,” ujarnya.
Tak hanya anak-anak yang memborong layangan, para pengecer dari luar kota juga ramai datang kulakan.
Salah satunya Aini, pengecer asal Sedati, yang memborong 400 layangan sambitan untuk dijual kembali. “Musim seperti ini pasti laku terus, apalagi anak-anak lagi senang layangan aduan,” ujarnya.
Hal serupa juga dilakukan Hartono, warga Wringinanom, Gresik. Ia membeli layangan dalam jumlah besar berikut benang gelasan untuk dijual kembali di tokonya.
“Saya beli satu pak isi 50 layangan dan benang gelasan. Harganya Rp 950 ribu. Tiap hari kulakan, kadang bisa untung sampai Rp 1 juta,” ungkapnya.
Meningkatnya minat terhadap layang-layang membuktikan bahwa permainan tradisional belum tergeser oleh gadget. Terlebih saat liburan sekolah, ketika anak-anak kembali aktif bermain di luar rumah. (*)