KabarBaik.co – Kolaborasi pemerintah, swasta dan warga mengatasi persoalan sampah dan banjir tampak nyata di wilayah Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik. Desa ini menggencarkan pembuatan sumur biopori.
Selain berfungsi sebagai resapan air, lubang biopori juga dapat dimanfaatkan untuk penanganan limbah organik, peningkatan kesehatan tanah, serta mengatasi banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau.
Gerakan biopori di Desa Randuboto ini merupakan Corporate Social Responsibility (CSR) Biopori dari salah satu perusahaan. Serah terimanya dilakukan langsung Plt Bupati Gresik Aminatun Habibah sekaligus launching program Randuboto Gersik “Resik Tur Seger”, kemarin lusa.
“Program CSR ini, merupakan bentuk komitmen tanggung jawab perusahaan dibidang lingkungan. Serta sesuai dengan prinsip pengembangan lingkungan yang berkelanjutan,” ungkap Bu Min, sapaan Plt Bupati Gresik.
Menurut Bu Min, keberhasilan kegiatan ini tidak diukur dari seberapa banyak lubang biopori yang dibuat. Namun dari seberapa besar manfaat yang ditimbulkan dari pembuatan lubang biopori.
Dalam hal ini seberapa banyak sampah organik yang dapat kelola untuk kemudian dihasilkan menjadi pupuk organik yang bermanfaat untuk peningkatan mutu tanah. Kendati demikian, pihaknya berharap gerakan biopori terus berkelanjutan dan bertambah.
Pihaknya menambahkan, ini salah satu cara dalam melestarikan lingkungan dari kerusakan. “Karena kita sudah mendapat amanah untuk menjaga bumi. Kami sudah meminta seluruh desa untuk membuat biopori untuk mencegah banjir, abrasi dan pencemaran lingkungan akibat sampah,” tandasnya.
“Dengan adanya Biopori air akan menjadi lebih bersih karena ada fresh water. Kami mengapresiasi program ini, mudah mudahan di-support oleh semua pihak demi kesejahteraan masyarakat Desa Randuboto. Selain itu, harus menjadi contoh desa lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Gresik,” pungkasnya.
Sementara, Kepala Desa (Kades) Randuboto Andi Sulandra mengatakan, permasalahan sampah menjadi tanggung jawab bersama. Salah satu solusinya dengan membuat lubang biopori organik. Bagaimana sampah busuk tidak mencemari lingkungan maka Pemerintah Desa (Pemdes) Randuboto membuat biopori organik resapan 1 meter dan biopori plong.
“Program ini akhirnya kita Perdeskan untuk memberikan penguatan kepada warga. Maka warga yang belum membuat biopori organik Pemdes tidak akan menerima pelayanan namun akan kita buatkan surat pengantar ke Kantor Kecamatan Sidayu,” ucapnya.
Mudah-mudahan kerjasama ini terus berlanjut demi menciptakan lingkungan yang sehat. Dengan begini, lubang biopori dapat berperan dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang overload.
“Bukan hanya itu, langkah ini juga dapat membuat masyarakat terbiasa dalam memilah sampah antara organik dan anorganik,” tutupnya. (*)