Kabupaten Banyuwangi bukan hanya telah surplus komoditas padi dan jagung. Namun, daerah di ujung timur Pulau Jawa itu juga memiliki sejumlah program unggulan dan strategis. Berikut wawancara wartawan KabarBaik.co dengan Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan (Dipertapa) Pemkab Banyuwangi Ilham Juanda.
—
Apa saja program prioritas di bidang pertanian dan ketahanan pangan yang direncanakan untuk tahun 2025 di Banyuwangi?
Petani Unggul Maju Sejahtera (PUMA) menjadi salah satu program prioritas yang dikerjakan oleh Dispertapa Banyuwangi di tahun 2025. PUMA merupakan program untuk mewujudkan individu petani unggulan yang adaptif terhadap perkembangan teknologi.
Seperti apa konsep PUMA tersebut?
Nantinya program ini digerakkan oleh kelompok yang bertugas untuk memberi percontohan kepada petani lainnya. Dalam program ini sisi bisnis juga diperkuat. Petani diharapkan menghasilkan nilai tambah lewat penjualan produk secara komunal dan penjualan sistem jasa. Sisi lain lewat PUMA petani juga dapat saling bertukar pengetahuan tentang peralatan dan sistem pertanian terbaru.
Apakah program itu menyasar seluruh wilayah di Banyuwangi?
PUMA nantinya bakal diterapkan di 25 Kecamatan se Kabupaten Banyuwangi. Program ini merupakan bagian dari implementasi Asta Cita yang menjadi visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto saat ini.
Adakah program khusus untuk para petani muda atau milenial. Bila ada mengapa program-program tersebut dipilih menjadi prioritas utama?
Banyuwangi telah memiliki program Jagoan Tani yang digelar setiap tahun. Program ini telah berjalan sejak 4 tahun silam. Pelaksanaanya berupa sistem lomba. Tujuan program ini adalah untuk mendorong ketertarikan generasi muda terhadap sektor tani.
Apakah ada yang baru dalam program Jagoan Tani yang sudah berjalan itu?
Di tahun 2025 program ini bakal disempurnakan dengan aturan model kompetisi baru diselaraskan dengan program Youth Enterpreneurship and Employment Support Service (YESS) dari Kementerian Pertanian. Penyempurnaan ini mengharuslan para anak muda untuk berinovasi pada sektor hulu atau on farm-nya.
Apakah alokasi anggaran dari APBD untuk sektor pertanian dan ketahanan pangan di Banyuwangi selama ini sudah mencukupi?
Tahun lalu anggaran pertanian di Banyuwangi Rp 104 miliar itu termasuk belanja pegawai. Anggaran yang ada itu relatif proporsional. Hanya saja yang perlu dilakukan adalah refocusing terhadap program-program prioritas yang nantinya bakal dikerjakan. Tujuannya agar realisasinya dapat berjalan secara optimal.
Apa saja tantangan atau kekurangan yang masih dihadapi di sektor pertanian dan ketahanan pangan?
Tantangan saat ini adalah perubahan cuaca. Petani perlu didorong untuk adaptif terhadap perubahan iklim. Diberi edukasi untuk memilih bibit tangguh yang tahan terhadap cuaca yang kurang menentu. Tantangan kedua, rendahnya implementasi teknologi terbaru. Hal itu terjadi karena petani masih bersifat individual dan kurang terbuka untuk meningkatkan pengetahuan sistem pertanian terbaru.
Sejauh ini, apa saja program yang sudah berjalan dengan baik di sektor ini?
Dispertan Banyuwangi memfasilitasi para petani dengan menyediakan sarana dan prasarana pertanian yang memadai, seperti alat dan mesin pertanian (alsintan), pupuk bersubsidi, serta bantuan benih unggul. Program ini bertujuan untuk mendukung petani dalam mengoptimalkan lahan pertanian mereka dan memastikan proses produksi padi berjalan dengan baik.
Selain itu, mungkin ada beberapa program lain yang telah berjalan baik?
Program Smart Green House (SGH) menjadi sebuah terobosan baru dalam dunia pertanian. Smart Green House merupakan bangunan yang diciptakan untuk pembudidayaan dan pembibitan sejumlah tanaman penting penunjang ketahan pangan dengan teknologi pertanian modern, sehingga apapun musimnya tetap bisa merasakan panen. Lalu, ada program SMS PISAN (Sapi Manak Setahun Sepisan). Program ini bertujuan agar sapi indukan beranak minimal satu kali dalam setahun agar, meningkatkan kesejahteraan peternak. Serta masih banyak program lainnya.
Bagaimana kondisi produksi padi di Banyuwangi? Apakah sudah surplus atau masih mengalami kekurangan?
Produksi padi di Banyuwangi selalu surplus. Di tahun 2024 Banyuwangi berhasil menghasilkan padi sebanyak 508.820 ton dalam setahun. Sementara kebutuhan daerah hanya 167.746 ton per tahun. Selain padi, Banyuwangi juga surplus pada produksi jagung. Tahun lalu produksi jagung di Banyuwangi mencapai 209.078 ton. Sementara kebutuhan jagung di Banyuwangi hanya 59.193 ton per tahun.
Apa strategi yang diterapkan untuk meningkatkan produksi pangan?
Dispertapa Banyuwangi juga memberi edukasi kepada para petani untuk memilih bibit unggul baru Genjah dengan durasi panen relatif cepat. Bila biasanya waktu 4 bulan baru panen, dengan bibit itu petani bisa panen dalam waktu 3-3,5 bulan saja. Harapanya mendapat siklus tanam lebih banyak selama setahun. Bila biasanya hanya 2 kali dalam setahun, dengan bibit unggul baru durasi tanam bisa 3 kali dalam setahun.
Bagaimana untuk sektor peternakan?
Pada sektor peternakan, Dispertapa juga menggarap program pengembangan kandang ayam yang berkolaborasi dengan desa potensial. Desa menyediakan ayam dan dinas menyediakan kandangnya. Program ini juga untuk mendukung program makan bergizi yang tengah dikerjakan pemerintah.
Lantas, optimalisasi produk Holtikultura?
Banyuwangi disebut juga berencana mengoptimalkan produksi bawang merah. Di tahun ini Dispertapa berencana memperluas lahan bawang merah dari 500 hektare menjadi 1000 hektare. Wilayahnya meliputi di Kecamatan Wongsorejo, Tegaldlimo dan Muncar. (*)