HeadlineKetahanan PanganPasar Tani

Nilai Tukar Petani di Jatim Naik, Ini Berarti Petani Lebih Sejahtera

197
×

Nilai Tukar Petani di Jatim Naik, Ini Berarti Petani Lebih Sejahtera

Sebarkan artikel ini
Salah satu petani yang sedang berada di sawah.

Bertani- Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jatim pada Desember 2024 lalu mengalami kenaikan. Yakni, dari 110,20 menjadi 111,96 atau naik 1,60 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini tertinggi bila dibandingkan dengan lima provinsi lain di Pulau Jawa.

NTP adalah sebuah indikator yang mengukur perbandingan antara harga yang diterima petani saat menjual hasil panennya dengan harga yang harus dibayar petani untuk kebutuhan produksi pertanian dan kebutuhan rumah tangganya. Sederhananya, NTP menunjukkan daya beli petani.

Event Organizer Kabarbaik

Analogi sederhananya, misalkan seorang petani menjual hasil panen padinya seharga Rp 10 juta. Kemudian, uang hasil penjualan ini digunakan untuk membeli pupuk, bibit, pestisida (kebutuhan produksi), dan juga untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti beras, minyak, gula dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Nah, jika dengan uang Rp 10 juta itu petani bisa membeli lebih banyak barang dan jasa dibandingkan sebelumnya, maka NTP petani naik atau membaik. Ini berarti petani lebih sejahtera. Sebaliknya, jika dengan uang Rp 10 juta itu petani hanya bisa membeli lebih sedikit barang dan jasa dibandingkan sebelumnya, maka NTP petani turun atau memburuk. Ini berarti kesejahteraan petani menurun.

“Dari lima provinsi yang ada di Pulau Jawa pada bulan Desember 2024, seluruhnya mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Timur sebesar 1,60 persen,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Zulkipli dikutip dari laman Diskominfo Jatim, Selasa (14/1).

Setelah Jatim, kenaikan NTP diikuti juga DI Yogyakarta sebesar 0,89 persen, Jawa Tengah sebesar 0,73 persen, Banten sebesar 0,54 persen, dan Jawa Barat sebesar 0,42 persen. “Kenaikan NTP ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani, naik sebesar 2,31 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani, sebesar 0,70 persen,” jelas Zulkipli.

Jika dilihat perkembangan masing-masing subsektor, pada Desember 2024 itu ada empat subsektor pertanian mengalami kenaikan NTP dan satu subsektor lainnya relatif stabil. Subsektor yang mengalami kenaikan NTP tertinggi adalah subsektor holtikultura sebesar 8,71 persen dari 125,13 menjadi 136,04.

Lalu, diikuti subsektor perikanan sebesar 1,64 persen dari 96,19 menjadi 97,77, subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,65 persen dari 110,33 menjadi 111,06, dan subsektor Peternakan sebesar 0,63 persen dari 102,95 menjadi 103,60. Sedangkan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat relatif stabil dengan NTP sebesar 114,09.

Sementara itu, indeks harga yang diterima petani pada Desember 2024 naik 2,31 persen dibandingkan November. Yakni, dari 135,07 menjadi 138,19. Kenaikan indeks harga tertinggi terjadi pada subsektor Hortikultura sebesar 9,31 persen, diikuti Perikanan 2,09 persen, Tanaman Pangan sebesar 1,41 persen, Peternakan 1,39 persen, dan Tanaman Perkebunan Rakyat 0,52 persen.

Menurut Zulkipli, sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap kenaikan indeks harga yang diterima petani pada Desember 2024 adalah gabah, cabai rawit, telur ayam ras, bawang merah, jagung, cabai merah, tomat, wortel, kopi, dan sawi hijau.

Adapun sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap penurunan indeks harga yang diterima petani masing-masing sapi potong, ketela rambat, ketela pohon, ayam ras pedaging, nilam, salak, kacang kedelai, belimbing, petai, dan kambing.

Di sisi lain, untuk indeks harga yang dibayar petani pada Desember 2024, naik sebesar 0,70 persen dibandingkan November 2024. Yakni, dari 122,56 menjadi 123,42. Kenaikan indeks ini disebabkan karena naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 0,95 persen, dari 125,49 menjadi 126,68. Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) juga naik sebesar 0,25 persen dari 118,65 menjadi 118,95.

Sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap kenaikan indeks harga yang dibayar petani adalah bawang merah, telur ayam ras, cabai merah, terung, kacang panjang, tomat sayur, ketimun, jeruk, minyak goreng, dan kelapa tua.

Sedangkan sepuluh komoditas utama yang memiliki andil terbesar terhadap penurunan indeks harga yang dibayar petani pada Desember 2024 masing-masing salak, semangka, bakalan sapi (umur > 12 bulan), rumput segar, bibit sapi (umur 2 bulan sd  ≤ 12 bulan), daging ayam ras, kelengkeng, petai, pur, dan kentang. (*)