HeadlinePerikanan

Bangkit dan Berdaya: Desa Rangkah Kidul Sidoarjo Menuju UMKM Berkelanjutan

817
×

Bangkit dan Berdaya: Desa Rangkah Kidul Sidoarjo Menuju UMKM Berkelanjutan

Sebarkan artikel ini

Bertani- Desa Rangkah Kidul, Kecamatan Sidoarjo, menjadi sorotan berkat pendampingan yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat (Abdimas) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Dipimpin Dr Atikha Sidhi Cahyana ST MT, tim ini turun langsung untuk membantu mengatasi permasalahan yang dialami pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor perikanan desa tersebut.

Desa dengan luas sekitar 2.383,35 hektare dan populasi lebih dari 4.600 jiwa ini memiliki potensi besar lewat keberadaan Borg 3 Pasar Ikan Sidoarjo. Tempat ini menjadi pusat aktivitas pengolahan dan distribusi ikan yang dikelola oleh Erma Agustin bersama 11 orang karyawannya.

Event Organizer Kabarbaik

Namun, sejak pandemi Covid-19 melanda, sektor perikanan mengalami kemunduran yang cukup signifikan. Penjualan ikan, terutama ke luar daerah, anjlok drastis. Hal ini terlihat dari penurunan tajam dalam pembuatan Surat Keterangan Asal Ikan. Jika sebelumnya bisa mencapai tiga hingga empat kali dalam sehari, kini hanya satu hingga dua surat per minggu yang diterbitkan.

Kondisi tersebut berdampak langsung pada omzet pelaku UMKM pengolahan ikan di Sidoarjo, termasuk di Rangkah Kidul. Penurunan permintaan pasar menyebabkan banyak hasil tangkapan nelayan yang tidak terjual. Ikan-ikan tersebut menumpuk hingga membusuk, menimbulkan bau tak sedap dan berisiko bagi kesehatan lingkungan. Akibatnya, pendapatan UMKM menurun, dan upah tenaga kerja pun harus disesuaikan, yang berarti semakin kecil. Padahal, sebagian besar masyarakat Rangkah Kidul menggantungkan hidup dari sektor perikanan dan bekerja sebagai karyawan di Borg 3.

Melihat situasi ini, Tim Abdimas Umsida memberikan solusi praktis dan terukur. Mereka memperkenalkan metode forecasting atau peramalan kebutuhan bahan baku secara kuantitatif untuk mengurangi pemborosan dan limbah ikan. Tim menggunakan model moving averages, metode sederhana namun efektif yang memanfaatkan data permintaan terkini untuk memprediksi kebutuhan produksi.

Dengan pendekatan ini, pelaku UMKM dapat mengetahui dengan lebih akurat berapa banyak bahan baku yang harus dipersiapkan setiap harinya. Hal ini membantu menyesuaikan jumlah stok dengan kebutuhan pasar, sehingga tidak lagi terjadi penumpukan ikan yang akhirnya terbuang percuma.

Tidak hanya fokus pada aspek teknis pengelolaan bahan baku, tim Umsida juga berkomitmen memperkuat kapasitas sumber daya manusia yang terlibat dalam UMKM. Mereka memulai dengan menyusun uraian jabatan dan standar pekerjaan bagi para karyawan, yang kemudian dilanjutkan dengan pelatihan keterampilan lunak.

Materi pelatihan mencakup komunikasi efektif, kepemimpinan, kemampuan negosiasi, serta pembuatan proposal bisnis secara digital. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dan kesiapan pelaku UMKM dalam menghadapi dinamika bisnis yang semakin kompleks dan berbasis teknologi.

Atikha menjelaskan bahwa pendampingan ini menjadi langkah penting untuk memulihkan ekonomi masyarakat Rangkah Kidul sekaligus mendorong UMKM menjadi lebih adaptif dan strategis. Dengan kombinasi strategi pengelolaan bahan baku yang tepat dan penguatan kapasitas SDM melalui pelatihan digital, diharapkan UMKM ikan di desa tersebut bisa bangkit kembali.

”Selain menciptakan peluang kerja yang lebih baik, langkah ini juga mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan, khususnya SDGs poin ke-8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi,” katanya dilansir dari laman Umsida. (*)