KabarBaik.co- Setelah enam bulan berjalan bagai perahu yang mencoba tetap tegak di tengah gelombang naik–turun, manajemen Persebaya Surabaya resmi mengumumkan berakhirnya kerja sama dengan pelatih kepala Eduardo “Edu” Perez, Jumat (22/11). Kabar itu disampaikan melalui akun media sosial resmi klub, yang menutup babak singkat perjalanan sang juru taktik asal Spanyol di Kota Pahlawan.
“Persebaya hari ini memutuskan mengakhiri kerja sama dengan Coach Eduardo Perez. Terima kasih atas kerja sama selama enam bulan terakhir,” bunyi pengumuman dalam pernyataan resminya di akun Instagram.
Keputusan tersebut diambil hanya beberapa jam setelah laga kandang kontra Arema FC berakhir imbang 1-1, sebuah hasil yang terasa pahit bagi pendukung Green Force. Bukan hanya karena pertandingan berlangsung di hadapan puluhan ribu penonton, tetapi juga karena Persebaya unggul jumlah pemain setelah satu pemain Arema FC diganjar kartu merah. Alih-alih memanfaatkan momentum emas itu, Persebaya justru gagal menutup pertandingan dengan kemenangan.
Edu dikontrak enam bulan lalu dengan penuh ekspektasi. Ia datang membawa reputasi mentereng sebagai analis taktik dan asisten pelatih berpengalaman di beberapa klub luar negeri. Ketika itu, manajemen Persebaya memperkenalkan Edu sebagai “arsitek baru” yang diharapkan mampu membangun fondasi permainan modern: agresif, terstruktur, dan atraktif, ciri khas Bajol Ijo yang sempat memudar.
Bagi para pendukung, kedatangan Edu ibarat hembusan angin baru yang menjanjikan musim yang subur. Namun, perjalanan kompetisi tak pernah benar-benar lunak bagi sang pelatih. Fluktuasi performa, inkonsistensi penyelesaian akhir, serta beberapa hasil imbang yang terasa seperti kekalahan menjadi duri yang terus tumbuh. Hingga puncaknya: hasil 1-1 melawan Arema FC di Gelora Bung Tomo.
Dalam laga itu, Persebaya sebenarnya memegang kendali. Apalahi setelah unggul jumlah pemain. Tetapi intensitas yang menurun, koordinasi yang mengendur, dan ketidakmampuan mengonversi peluang membuat harapan kemenangan menguap begitu saja. Bagi manajemen, pertandingan tersebut menjadi titik nadir, seperti jam pasir yang butir-butirnya telah habis tanpa bisa dibalik lagi.
Menariknya, dalam pengumuman yang sama, manajemen menyampaikan bahwa Persebaya telah mencapai kesepakatan jangka panjang dengan pelatih pengganti. Namun, identitasnya belum dapat dipublikasikan karena masih menunggu proses legalitas yang harus rampung terlebih dahulu.
“Persebaya akan bersikap profesional menunggu tuntasnya segala urusan legalitas,” tulis manajemen, memberi isyarat bahwa babak baru sudah disiapkan meski tirai panggung belum resmi dibuka.
Pernyataan itu memantik spekulasi dari suporter. Sebagian penasaran, sebagian waswas, sebagian berharap munculnya sosok pemimpin baru yang bisa menggenggam kembali marwah Bajol Ijo. Apakah Bernardo Tavarez, eks pelatih PSM Makassar?
Yang pasti, bagi Eduardo Perez, enam bulan ini barangkali terasa seperti menyusun puzzle yang beberapa kepingnya hilang sebelum gambar besar sempat terbentuk. Sementara bagi Persebaya, perjalanan tersebut menjadi pelajaran penting tentang membangun visi jangka panjang di tengah tuntutan hasil instan.
Para pemain dan suporter kini menunggu arah baru klub, sementara langkah Edu berhenti tepat di pintu keluar Gelora Bung Tomo. Meninggalkan jejak singkat dalam sejarah Persebaya. Dan sebagaimana biasanya di dunia sepak bola, babak baru sudah menunggu. Jalan terus berputar seperti bola yang tak pernah berhenti bergulir. Wani! (*)








