KabarNaik.co – Program satu siswa satu laptop atau Siswa Top bagi pelajar tingkat SMA yang digagas paslon bupati dan wakil bupati Bojonegoro nomor 2, Setyo Wahono-Nurul Azizah, mendapat apresiasi dari pelajar dan wali murid. Program ini dinilai bisa mendukung belajar siswa dan mengurangi beban pengeluaran orang tua.
M. Arief Budi Purnomo, pelajar SMKN Dander menilai program Siswa Top sangat tepat dan dibutuhkan siswa. Terutama bagi pelajar SMK yang banyak menggunakan fasilitas laptop. “Apalagi seperti saya mengambil jurusan desain pemodelan dan informasi bangunan. Jadi laptop sudah menjadi kebutuhan,” ujar pelajar kelas XI itu, Rabu (16/10).
Arief mengungkapkan, selama ini dia harus meminjam laptop ke keluarganya agar bisa belajar menggambar dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. “Mudah-mudahan program itu bisa direalisasikan, karena memang ini sangat dibutuhkan siswa,” harap Arief.
Senada dengan Arief, Auliya Asmarani Dewi, pelajar Kelas XI SMKN 1 Bojonegoro juga mengaku belum memiliki laptop karena orang tuanya tidak mampu membelikan. “Sebenarnya ya butuh, karena banyak tugas yang membutuhkan laptop,” kata anak dari orang tua pekerja serabutan ini.
Suwito, salah satu wali murid menilai laptop bagi keluarga tidak mampu seperti dirinya merupakan barang mahal. Namun, karena laptop sudah menjadi kebutuhan belajar anaknya di SMK, terpaksa dia membelikannya dengan cara berutang. “Pinjam di koperasi dan sampai sekarang belum lunas,” ujar warga Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander ini.
Menurut Suwito, program satu siswa satu laptop dari pasangan Setyo Wahono-Nurul Azizah sangat membantu siswa dan keluarga tidak mampu. “Zaman sekarang ini laptop kan sudah menjadi kebutuhan siswa, tapi bagi orang tua tidak mampu ini adalah barang mahal yang sulit dibeli,” tuturnya.
Setyo Wahono menjelaskan, program Siswa Top ini untuk pelajar tingkat SMA dari keluarga tidak mampu. Tujuannya untuk membekali setiap siswa dengan laptop agar mereka dapat mengikuti perkembangan teknologi dan siap menghadapi tantangan di dunia digital. “Juga membantu mengurangi pengeluaran keluarga tidak mampu dalam memenuhi fasilitas belajar anaknya,” kata Wahono.
Wahono berharap dengan alat ini siswa Bojonegoro tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga mampu menggunakannya untuk belajar, berinovasi, dan berkembang. “Sehingga nantinya mereka menjadi generasi yang siap menerima tantangan di dunia kerja,” pungkas anak pensiunan guru SD ini. (*)