KabarBaik.co – Ketika bicara tentang kecantikan dan penampilan menarik, sebagian besar orang akan langsung teringat pada skincare, make-up, filler, atau botoks. Padahal, ada satu aspek yang sering kali luput dari perhatian: kesehatan gigi.
Menurut drg. Dea Malinda, dokter gigi dari Neuvel Aesthetic and Dental Clinic, gigi bukan hanya tentang fungsi mengunyah makanan. Gigi justru menjadi salah satu fondasi utama dalam struktur wajah dan
estetika.
“Kalau ada gigi berlubang, misalnya di sisi kiri, biasanya orang akan mengunyah di sisi kanan saja karena yang kiri sakit. Akibatnya, otot rahang kanan bekerja lebih keras, jadi lebih besar, dan lama-lama wajah menjadi asimetris. Tapi orang tahunya, kok wajahnya miring ya? Lalu solusinya langsung botoks, padahal akar masalahnya belum diselesaikan,” jelas drg. Dea ditemui di Pakuwon Mall tadi malam, Jumat (1/8).
Fenomena seperti ini banyak terjadi karena kesadaran masyarakat masih minim terhadap dampak kesehatan gigi terhadap estetika wajah. Banyak yang datang ke klinik kecantikan untuk memperbaiki bentuk dagu atau pipi, padahal persoalan utamanya ada di struktur gigi dan rahang.
Ia mencontohkan kasus lain, seperti gigi tonggos atau cakil yang dibiarkan begitu saja. Masalah semacam ini bukan hanya membuat bentuk wajah tampak tidak ideal, tapi juga berdampak pada cara mengunyah, posisi rahang, hingga postur tubuh.
“Kalau struktur gigi dan rahangnya enggak dibenahi dulu, treatment estetik seperti filler atau botoks jadi tidak maksimal. Malah terkesan menipu tampilan luar saja,” ujarnya.
Uniknya, Neuvel Clinic menggabungkan perawatan gigi dan estetika wajah dalam satu tempat. Pendekatan ini memungkinkan dokter melihat pasien dari dua sisi: fungsi dan estetika. Gigi dibenahi dulu, baru jaringan lunaknya diatur. Hasilnya, perawatan lebih menyeluruh dan berdampak jangka panjang.
“Bayangkan, kalau 80 persen masalah wajah bisa diselesaikan dari gigi, sisa 20 persennya baru dibantu dengan estetika. Barulah hasilnya bisa maksimal 100 persen,” tambah drg. Dea.
Masalahnya, kesadaran akan pentingnya perawatan gigi masih rendah di Indonesia. Gigi berlubang dianggap hal biasa, padahal lubang kecil bisa jadi sumber infeksi yang menyebar, bahkan memengaruhi bentuk wajah.
“Sering kali yang ditanyakan pasien bukan biayanya, tapi: ‘Kalau nggak ditambal kenapa, dok?’ Padahal sudah jelas lubangnya bisa membesar, menyebar bakteri, dan menimbulkan rasa sakit serta perubahan struktur wajah,” katanya.
Ia pun menekankan bahwa kecantikan tidak hanya terlihat dari luar, tapi juga harus dimulai dari dalam — termasuk dari dalam rongga mulut.
“Gigi itu bagian yang tersembunyi, tapi begitu kita senyum atau bicara, semua kelihatan. Kalau giginya ompong atau tidak sehat, seindah apapun makeup dan perawatan wajahnya, tetap akan terlihat kurang,” tuturnya.
Melalui pendekatan kombinasi estetika dan perawatan gigi, drg. Dea berharap masyarakat semakin sadar bahwa penampilan ideal bukan sekadar kulit mulus atau wajah simetris, tapi juga tentang kesehatan gigi yang sering diabaikan.







