KabarBaik.co – Masa-masa kehamilan menjadi salah satu masa yang ditunggu oleh pasangan suami istri. Karena hal ini menjadi salah satu pertanda mereka segera memiliki momongan. Namun ternyata kehamilan juga membawa risiko yang kurang baik bagi sang ibu, terlebih jika kehamilan terjadi di usia dini.
Dokter Budi Setiawan, salah satu dokter spesialis kandungan atau organ menjelaskan sejumlah risiko yang mengintai saat seorang calon ibu, mengandung di usia yang kurang matang. Bahkan bahaya ini juga berpengaruh pada sang buah hati.
Risiko utama pada kehamilan di usia dini adalah terkait dengan gizi. Di usia dini, gizi sangat dibutuhkan oleh seorang perempuan, namun hal ini tentunya akan bermasalah saat gizi yang dibutuhkan justru dibagi dengan bayi yang ada dalam kandungannya.
“Nah, kebutuhan gizi yang tidak optimal ini bisa meningkatkan risiko selama kehamilan. Sangat berisikp. Bisa terjadi komplikasi seperti hipertensi dan kencing manis (diabetes),” jelasnya, Minggu (7/7).
Ia melanjutkan, saat seorang calon ibu yang mengandung dengan usianya yang masih muda, cenderung kurang memahami akan kebutuhan gizi yang harus dicukupi. Baik untuk dirinya sendiri maupun calon bayinya.
Padahal saat gizi tak tercukupi dengan baik akan berakibat kekurangan zat yang dibutuhkan oleh pertumbuhan. Imbasnya resiko kelahiran prematur juga meningkat hingga kelahiran cacat bawaan.
“Selain itu, bayi yang terlahir dari ibu yang masih remaja juga berisiko untuk terlahir dengan berat badan lahir rendah,” lanjutnya.
Menurutnya usia ideal seorang perempuan untuk hamil adalah mulai umur 20 tahun ke atas. Selain sistem reproduksi yang sudah matang untuk bekerja secara optimal, tingkat psikologis pun juga lebih baik.
“Saat seorang wanita berada di usia 20-an, dari segi biologis, penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesuburan sedang sangat tinggi dan kualitas sel telur yang dihasilkan pun baik. Inilah sebabnya, usia 20-an dikatakan ideal untuk hamil,” imbuhnya.
Budi juga menjelaskan bahwasanya saat ini keadaan ibu hamil perlu mendapatkan perhatian lebih. Apalagi terkait vaksin, tidak semua ibu hamil boleh menerima suntikan vaksin.
Hanya vaksin tertentu yang tidak mengandung virus hidup bisa dilakukan terhadap ibu hamil. Contohnya vaksin covid dan vaksin hepatitis B.
“Misalnya vaksin campak jerman (MMR), itu mengandung virus hidup maka tidak boleh dilakukan selama kehamilan,” tandanya. (*)






