kabarbaik.co – Sejumlah atlet cabang olahraga jujitsu mengadu ke Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur. Atlet-atlet tersebut berharap ada perombakan struktur pelatih jujitsu. Mereka curhat karena merasa tidak berkembang dengan baik, bahkan cenderung menurun.
Para atlet yang mengikuti Babak Kualifikasi (BK) Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara seperti Ilma Yeni Megawati, Steffany Kinky, Deva Bagus Setyo Wicaksono, Alfonsus Michael, Atika Islafiyatur, Imam Mastur, Gilang Surya Saputra dan Muhammad Fadel telah membuat surat pengaduan yang ditujukan kepada Ketua Umum KONI Jatim Muhammad Nabil.
Ketujuh atlet tersebut lantas diterima Sekretaris Umum KONI Jatim Akmal Budianto, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Jatim Dudi Harjantoro dan anggotanya Jeffry Tagore. Atlet-atlet jujitsu tersebut berharap agar ada evaluasi kepelatihan selama pemusatan latihan BK PON lalu. Yaitu, skill, profesionalitas dan komunikasi dari pelatih.
Curhat perwakilan atlet jujitsu menyebut ada beberapa hal yang diyakini merupakan kesalahan fatal yang dilakukan pelatih di ajang pertandingan BK PON. Diantaranya adalah pelatih tidak mengerti game plan atlet. Pelatih kurang fokus mendampingi atlet bertanding, dimana ketika ada keputusan yang diambil wasit salah atau tidak sesuai rules, pelatih tidak melakukan challange yang menyebabkan kekalahan di kubu Jawa Timur.
“Mengingat hasil evaluasi pemusatan latihan sebelumnya yang sudah dijalani para atlet jujitsu pada tanggal 14 Januari sampai 20 Februari 2023 yang terpusat di Universitas Adibuana Surabaya, kemudian 21 Februari hingga 29 Juli 2023 menjalani latihan mandiri di kabupaten/kota masing-masing pada, 1 Agustus hingga 24 Oktober 2023, dilanjutkan dengan latihan terpusat dan evaluasi di lapangan pada saat BK PON jujitsu berlangsung,” bunyi surat pengaduan tersebut.
Sehingga mereka berharap adanya perombakan kepelatihan, terutama pada pelatih newaza system dan fighting system. Dimana tidak memiliki arah dan tidak terprogram dengan jelas. Belum lagi efisiensi dan efektifitas latihan yang kurang, jam latihan terlalu lama namun minus optimalisasi dan volume pada latihan.
Keluhan lain yang disampaikan juga terkait pelatih kurang dalam melakukan briefing dan manajemen atlet sebelum pertandingan. Dan masih banyak lagi hal-hal lain dari keluhan yang para atlet sampaikan.
Sebelumnya, para atlet jujitsu telah menyampaikan aspirasi ke Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) Jawa Timur sebanyak 5 (lima) kali. Dua kali berdiskusi melalui WhatsApp Video Call dengan Ketua Bidang dan Manajer Tim. Dan tiga kali tatap muka yang dihadiri manajemen tim dan Ketua Umum PBJI Jatim Taufiqurrahman.
“Kami berharap, aspirasi yang kami sampaikan ini dapat diterima dan diberikan solusi yang terbaik oleh KONI Jatim. Mengingat PON adalah multievent terbesar di Indonesia, atlet-atlet yang berlaga membela Jatim bukanlah semata-mata hanya mewakili cabang olahraga masing-masing,” ujar Ilma Yeni Megawati.
“Tetapi lebih besar daripada itu yang dibawa adalah martabat dan harapan seluruh masyarakat Jawa Timur, demi prestasi yang gemilang, maka mengusahakan semua yang diperlukan, sehingga atlet bisa berlaga dengan kemampuan maksimal baik secara teknik, fisik, mentalitas, dan psikologi adalah tanggung jawab semua pihak,” tambahnya.
Dalam surat tersebut juga menjelaskan jika para atlet juga mengusulkan nama calon pelatih pengganti yang layak mendapat rekomendasi untuk puslatda. Yaitu Yunus Junior Poays sebagai pelatih newaza system dan Danang Wiliam sebagai pelatih fighting system.








