KabarBaik.co – Tugu selamat datang Kota Gresik, Gapura Naga Giri yang menjadi ikon di perbatasan, kini tak lagi megah seperti dulu. Batu alam yang menempel di bagian dimensi gapura rontok, menyisakan tampilan yang jauh dari kesan kokoh.
Ternyata, kerusakan ini pertama kali ditemukan oleh petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gresik pada Jumat malam (14/3). Kala itu petugas memasang lampu sorot berkapasitas 250 watt di sekitar gapura.
Kondisi yang kian memprihatinkan ini langsung ditindaklanjuti DLH Gresik dengan mengirim tim teknis untuk perbaikan pada Sabtu (15/3).
Kepala DLH Gresik Sri Subaidah, menegaskan bahwa penyebab utama kerusakan adalah faktor usia material batu alam yang digunakan serta getaran dari kendaraan besar yang melintas di jalur utama tersebut.
Tak ingin kerusakan semakin parah, DLH Gresik bergerak cepat. Pada Senin (17/3), tim perbaikan mulai melakukan pemasangan ulang batu alam yang rontok serta merapikan struktur gapura agar tetap estetis.
“Kami sudah menerima laporan dan langsung turun ke lokasi untuk mengidentifikasi kerusakan. Setelah pengecekan, kami segera melakukan perbaikan,” ujar Sri Subaidah.
DLH Gresik memastikan bahwa perbaikan kali ini menggunakan material perekat yang lebih kuat, agar batu alam tidak mudah lepas kembali. Selain itu, pemantauan berkala juga akan dilakukan guna memastikan kondisi gapura tetap aman bagi pengguna jalan.
Tugu Selamat Datang Gresik Mulai Rusak, Lapisan Dinding Copot Tuai Sorotan
Di tengah upaya perbaikan, muncul polemik soal anggaran proyek gapura ini. Sebelumnya, santer terdengar bahwa pembangunan dan renovasi gapura ini menghabiskan dana Rp 7 miliar.
Namun, Sri Subaidah membantah angka tersebut dan menyebut bahwa total dana proyek ini mencapai Rp 648 juta, angka yang jauh lebih rendah dari yang beredar di publik.
Disebutkan bahwa gapura tersebut terakhir mengalami renovasi besar pada tahun 2012, dengan penambahan dimensi besi dan batu alam tempel, serta peningkatan ketebalan tembok hingga 1 meter dan tinggi gapura sekitar 3 meter.
Namun, dengan kondisi saat ini, masyarakat mulai mempertanyakan kualitas pembangunan dan efektivitas anggaran yang digunakan.(*)