KabarBaik.co – Rumah Literasi Indonesia bersama Aura Lentera Indonesia menggelar Forum Awareness Rising untuk anak dengan Disabilitas, Down Syndrom, Kusta dan Orang tua yang berlangsung di Aula Autis SLBN Banyuwangi, Jumat (14/11).
Forum tersebut menjadi pijakan awal untuk penerapan program Building Effective Networking (BEN) Indonesia yang akan diterapkan tahun depan. Program tersebut dilaunching beberapa waktu lalu dan merupakan kemitraan dengan NLR Indonesia serta Liliane Fonds dengan tujuan membangun ekosistem inklusif bagi disabilitas.
Ketua Rumah Literasi Indonesia, Tunggul Harwanto mengatakan forum ini menjadi langkah awal untuk penerapan BEN Indonesia di tahun depan. Pada tahapan ini dilakukan penggalian informasi dari anak remaja disabilitas, orang tua maupun guru.
“Jadi tiga klaster ini akan digali informasinya. Informasi yang diperoleh itu akan digunakan sebagai refrensi data awal untuk menyusun roadmap BEN Indonesia,” kata Tunggul.
Selain penggalian informasi pada forum ini audiens juga diberi pemahaman soal save guarding, konsep membangun ekosistem inklusif bagi difabel. Tidak hanya dilingkungan secara umum, tapi juga mulai dari pengasuhan tingkat keluarga.
Informasi yang didapat menjadi modal penerapan BEN Indonesia yang akan dimulai tahun depan. Program ini akan berjalan selam tiga tahun.
“Goalsnya dari program ini adalah menghadirkan kesetaraan bagi anak remaja disabilitas, down syndorm maupun kusta agar mereka punya ruang komunikasi berekspresi dan menyuarakan pendapat. Sehingga ekosistem inklusif benar-benar dirasakan oleh mereka,” tegasnya.
Selain BEN Indonesia, lembaga ini juga melaunching Meaningful Youth Participation (MYP). Program ini bertujuan mendorong remaja baik disabilitas maupun nondisabilitas berperan secara penuh dalam setiap aspek kehidupan.
“Selain program BEN Indonesia, kita juga meluncurkan MYP, Meaningfull Youth Participation dimana anak-anak muda akan didorong untuk berpartisipasi bermakna,” papar Tunggul.
Menyinggung soal kebijakan inklusif di Banyuwangi, dalam pandangan Tunggul pemerintah daerah sudah memiliki komitmen. Hanya saja yang perlu dikawal adalah kepastian penerapannya.
“Komitmennya sudah ada, Banyuwangi sudah punya perda, saat ini juga ada perbup yang baru dimunculkan soal ULD. Harapannya supaya implementasi dilapangan itu bisa dilaksanakan. Tentu Banyuwangi punya banyak PR ya dari sisi infrastruktur, layanan kesehatan pendidikan dan harapannya lewat FGD ini akan menemukan permasalahannya, tantanganya dan bagaiamana strateginya,” tegasnya.
Ketua Aura Lentera Indonesia, Nurhadi Windoyo berharap inovasi ini bisa menyempurnakan program-program yang ada sebelumnya. Capaiannya jelas untuk membangun ekosistem yang benar-benar inklusif bagi difabel.
“Ini adalah penyempurnaan inovasi, kami tidak sedang berlomba membuat program tapi ini adalah gagasan supaya difabel merasakan kesetaraan,” tandasnya.








