KabarBaik.co – Jaringan Gusdurian bersama Universitas Yudharta Pasuruan menggelar Gus Dur Memorial Lecture, Rabu (2/10). Acara bertajuk ’Gus Dur dan Gerakan Kebudayaan’ yang berlangsung di Gedung Aula Pancasila Universitas Yudharta Pasuruan itu menghadirkan Inaya Wahid, senior advisor Jaringan Gusdurian sebagai pemberi kuliah (lecturer).
”Gus Dur sudah meneladankan, saatnya kita melanjutkan,” ucap Direktur Jaringan Gusdurian itu. Dalam penyampaian kuliah umumnya, Inaya Wahid mengatakan bahwa sebenarnya dalam sejarah demokrasi, yang memegang kedaulatan adalah rakyat, bukan orang-orang yang ada di gedung-gedung mewah, di Senayan atau Istana Negara.
”Jadi, poin yang harus kita lakukan adalah kita mesti mantab untuk menindak dan melibatkan diri dalam setiap perbuatan yang membunuh dan menghambat pertumbuhan demokrasi,” jelas Inaya Wahid.
Mbak Nay, sapaan Inaya Wahid, berpendapat bahwa penting bagi rakyat untuk kritis, untuk membaca demokrasi yang sesungguhnya, sehingga rakyat memahami makna demokrasi yang asli dan mana yang seolah-olah. ”Kita layak mendapatkan hubungan masyarakat dengan negara yang lebih baik dan kita sangat bisa,” ujar putri bungsu Gus Dur itu.
Acara ini juga diisi pidato utama (keynote speech) dari Rektor Universitas Yudharta Kholid Murtadlo, pidato pembuka (keynote speech) oleh Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian, Jay Akhmad.
Sebelum sesi perkuliahan dimulai, Jay Akhmad mewakili Seknas Jaringan Gusdurian dan Kholid Murtadlo mewakili Universitas Yudharta Pasuruan meresmikan Pojok Gus Dur (Gus Dur Corner) yang bertempat di Gedung Perpustakaan Universitas Yudharta.
Peresmian ini juga ditandai dengan sesi pemotongan pita dan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua belah pihak. Dalam sambutannya, Jay Akhmad menyampaikan bahwa acara-acara yang terkait dengan Gus Dur tidak untuk membesarkan Gus Dur, tetapi untuk menggali nilai, pemikiran, dan keteladanan Gus Dur.
”Terlebih dalam ruang gerakan intelektual seperti ini bisa menjadi ruang gagasan Gus Dur bertemu dengan gagasan yang lain,” ujar Jay Akhmad. Pria yang biasa disapa Jay itu menyebut Universitas Yudharta Pasuruan sebagai kampus multikultural merupakan pilihan tepat untuk membicarakan Gus Dur dan kebudayaan. (*)