KabarBaik.co – Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Republik Indonesia Nusron Wahid, menegaskan pentingnya menjaga sanad keilmuan dalam pendidikan pesantren dan mengingatkan generasi muda untuk tidak menggantungkan pemahaman agama kepada media sosial (medsos).
Hal itu ia sampaikan dalam acara pembukaan Hari Lahir (Harlah) setengah abad Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik yang digelar pada Minggu (22/6).
Ia juga mengkritisi fenomena generasi muda yang ingin serba instan dalam memahami agama. Menurutnya, belajar agama melalui media sosial boleh saja sebagai tambahan informasi, tetapi tidak bisa dijadikan sumber utama dan sebagai dasar pengambilan keputusan karena berisiko menyesatkan.
“Sekarang bahwa banyak anak muda yang mau serba praktis, tidak mau capek-capek. Hanya lewat sosmed. Sehingga yang terjadi ngalor ngidul yang kadang-kadang membingungkan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa khusus ilmu agama tidak boleh mengambil rujukan dari sosmed sebagai dasar informasi utama atau dasar pengambilan keputusan.
“Khusus agama, tidak boleh mengambil rujukan dari sosmed. Kalau sebagai tambahan informasi boleh, tapi sampai dijadikan sumber informasi utama atau dasar pengambilan keputusan, ini bisa sangat menyesatkan,” imbuhnya.
Dalam pidatonya, Nusron juga menyampaikan apresiasi atas kiprah pesantren yang selama ini konsisten menyebarkan nilai-nilai Tafaqquh Fiddin. Ia meyakini, pondok pesantren seperti Mambaus Sholihin akan terus bertahan di muka bumi selama tetap menebar kemanfaatan.
“Kami atas nama Pemerintah Republik Indonesia mengucapkan selamat atas hari lahir 50 tahun pesantren Mambaus Sholihin. Kami juga telah berkomunikasi dengan Presiden Prabowo Subianto yang saat ini berada di Rusia. Beliau menyampaikan salam hormat kepada KH Masbuhin Faqih dan seluruh keluarga besar pesantren,” ucap Nusron.
Lebih lanjut, Nusron menyoroti pentingnya pondok pesantren salafiyah dalam mencetak generasi ulama. Menurutnya, ada tiga prasyarat untuk membangun masyarakat, dan yang pertama adalah kehadiran alim ulama yang lahir dari pesantren dengan sanad keilmuan yang jelas.
“Tidak ada ilmu agama tanpa sanad. Dan saya yakin, sanad keilmuan di pesantren ini bersambung langsung hingga Rasulullah SAW melalui para gurunya,” ujar Nusron.
Acara Harlah setengah abad ini juga menjadi momen tasyakuran atas capaian alumni Mambaus Sholihin yang berhasil meraih gelar profesor dan doktor. Rektor Universitas Darussalam Gontor, Amal Fathullah Zarkasyi, hadir menyampaikan selamat dan kebanggaannya.
“Selamat kepada alumni mambaus sholihin yang berhasil menyandang gelar profesor dan doktor. Ini adalah legacy yang sangat berharga,” ujarnya.
Sementara itu, KH Abdul Qoyyum Mansur dalam mauidzoh khasanah-nya mengulas makna guru besar dari sudut pandang Islam. Menurutnya, guru besar bukan hanya sekadar gelar akademik, tetapi juga mereka yang belajar, mengamalkan, dan menyebarkan ilmu kepada masyarakat.
“Guru besar dalam pandangan islam adalah orang yang besar di langit. Bukan hanya karena gelarnya, tapi karena dia belajar, mengamalkan, dan mengajarkan ilmunya,” tutur KH Qoyyum.
Acara turut dihadiri oleh pengasuh Ponpes Mambaus Sholihin, KH Masbuhin Faqih. Hadir pula Bakarowil Pemerintah Provinsi Jawa Timur Agung Subagyo yang mewakili Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, serta sejumlah tokoh dan pejabat lain. Rangkaian acara meliputi sambutan, pemberian penghargaan kepada pemenang sayembara logo harlah, hingga tausiyah.(*)