Harga Pangan Turun Serempak, Warga Dapat Napas Lega di Awal Pekan

oleh -191 Dilihat
WhatsApp Image 2024 08 08 at 12.08.06
ILUSTRASI: Pedagang cabe di Pasar Induk Among Tani Kota Batu. Beberapa harga pangan di awal bulan ini mengalami penurunan. (Foto: P. Priyono)

KabarBaik,co- Kabar baik datang dari sektor pangan. Sejumlah harga kebutuhan pokok tercatat mengalami penurunan di tingkat konsumen dan pedagang eceran secara nasional. Warga pun bisa bernapas lebih lega di tengah tekanan biaya hidup yang masih tinggi.

Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Selasa (1/7), pukul 09.30 WIB, tren penurunan harga mencakup berbagai komoditas strategis. Mulai dari bawang, cabai, hingga minyak goreng, dan daging kerbau.

Harga bawang merah turun ke angka Rp 43.231 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 44.810 per kg. Cabai rawit merah juga mengalami penurunan, kini di harga Rp 61.721 per kg dari sebelumnya Rp 63.227 per kg.

Beberapa harga beras mencatat pergerakan berbeda. Beras premium naik tipis menjadi Rp 15.934 per kg dari Rp 15.875 per kg, sementara beras medium turun ke Rp 14.087 per kg dari Rp 14.157 per kg.

Penurunan juga terlihat pada komoditas jagung di tingkat peternak yang kini berada di Rp 6.023 per kg, dari sebelumnya Rp 6.198 per kg. Kedelai biji kering impor turun ke Rp 10.758 per kg dari Rp 10.862 per kg.

Sementara itu, harga bawang putih bonggol turun menjadi Rp 38.566 per kg dari Rp 39.733 per kg. Cabai merah keriting juga turun ke Rp 43.108 per kg dari Rp 43.523 per kg, dan cabai merah besar turun menjadi Rp 42.732 per kg dari Rp 42.460 per kg.

Di sektor protein hewani, daging sapi murni sedikit naik ke Rp 135.477 per kg dari Rp 135.257 per kg. Namun, untuk daging ayam ras turun ke Rp 34.904 per kg dari Rp 35.050 per kg. Telur ayam ras pun mengalami penurunan harga menjadi Rp 29.295 per kg dari Rp 29.348 per kg.

Produk olahan seperti gula konsumsi juga turun tipis ke Rp 18.367 per kg dari sebelumnya Rp 18.458 per kg. Minyak goreng kemasan turun menjadi Rp 20.634 per liter dari Rp 20.890, sedangkan minyak goreng curah menjadi Rp 17.431 per liter dari Rp 17.589, dan Minyakita turun ke Rp 17.527 per liter dari Rp 17.597 per liter.

Penurunan juga terjadi pada komoditas tepung, di mana tepung terigu curah kini Rp 9.691 per kg dari Rp 9.802, dan tepung terigu kemasan menjadi Rp 12.775 per kg dari Rp 13.058 per kg.

Untuk hasil laut, ikan kembung naik ke Rp 41.730 per kg dari Rp 40.858, ikan tongkol naik ke Rp 34.482 per kg dari Rp 33.813, sementara ikan bandeng turun ke Rp 34.539 per kg dari Rp 34.688.

Garam konsumsi juga menunjukkan penurunan ke Rp 11.364 per kg dari Rp 11.774 per kg.

Tak ketinggalan, harga daging kerbau juga bergerak turun. Daging kerbau beku impor kini di angka Rp 100.599 per kg dari sebelumnya Rp 105.092, sedangkan daging kerbau segar lokal menjadi Rp 138.611 per kg dari Rp 140.854 per kg.

Penurunan harga secara luas ini diharapkan bisa meringankan beban masyarakat dan menjaga kestabilan daya beli, terutama menjelang momen liburan sekolah dan Idul Adha yang baru saja berlalu.

Tantangan Petani dan Peternak Masih Ada

Meski penurunan harga pangan memberikan angin segar bagi konsumen, kondisi ini justru menjadi sinyal waspada bagi para petani dan peternak. Harga komoditas seperti jagung, kedelai, dan ayam mengalami penurunan yang berpotensi menekan margin keuntungan pelaku usaha di sektor hulu.

Jagung di tingkat peternak yang kini hanya Rp 6.023 per kg dapat berdampak pada peternak kecil yang selama ini bergantung pada hasil panen sebagai sumber penghidupan utama. Begitu pula dengan harga kedelai impor yang turun, yang bisa memengaruhi petani lokal yang kesulitan bersaing dari segi harga.

Selain itu, turunnya harga ayam dan telur juga membuat peternak ayam skala kecil semakin waspada terhadap potensi kerugian. Harga pakan yang cenderung belum turun sebanding dengan harga jual membuat tantangan efisiensi semakin besar.

Sementara bagi UMKM di sektor makanan, tren penurunan harga menjadi peluang untuk meningkatkan margin atau menurunkan harga jual demi daya saing. Namun, kestabilan pasokan dan fluktuasi musiman tetap menjadi faktor yang harus diwaspadai.

Kebijakan dan intervensi pemerintah dinilai penting untuk menjaga keseimbangan antara harga di tingkat konsumen dan kelangsungan usaha petani serta peternak. Pasalnya, kestabilan pangan bukan hanya soal murahnya harga, tapi juga keberlanjutan rantai pasok dan kesejahteraan pelaku hulu. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.