Ider Bumi, Seblang Olebsari, dan Puter Kayun; Semarak Tradisi di Masa Idul Fitri

Reporter: Ikhwan
Editor: Hardy
oleh -51 Dilihat
Masyarakat lokal Banyuwangi, Jawa Timur, banyak melestarikan tradisi yang sudah turun temurun. (Foto Dok Banyuwangikab)

KabarBaik.co- Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dikenal kaya akan tradisi kearifan lokal. Termasuk saat masa Lebaran atau perayaan Idul Fitri. Tradisi itu menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat luas. Berikut beberapa di antara tradisi itu.

Tradisi Ider Bumi

Masyarakat Suku Osing, Banyuwangi, terus memelihara keyakinan akan keberadaan mitos yang menjadi bagian penting dari budaya mereka. Ritual dan tradisi turun-temurun, seperti Tradisi Tumpeng Sewu dan Ritual Tari Seblang, yang satu bukti nyata kekayaan budaya yang dijunjung tinggi.

Di Desa Kemiren, salah satu basis utama masyarakat Osing, Tradisi Ider Bumi atau Barong Ider Bumi, menjadi ritual tahunan yang tak terpisahkan dari kehidupan adat. Ritual ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pengusir bahaya atas keselamatan masyarakat desa, yang rutin dilaksanakan setiap bulan Syawal, tepatnya hari kedua Idul Fitri.

Dikutip dari laman Banyuwangikab, istilah “Ider Bumi” memiliki makna yang dalam. Kata “ider” bermakna berkeliling, sementara “bumi” merujuk pada jagat atau tempat berpijak. Dari sini, Tradisi Ider Bumi menjadi kegiatan mengelilingi tempat berpijak atau bumi, sebagai simbol penghormatan dan pengharapan akan keselamatan.

Tradisi tersebut disambut oleh masyarakat Osing karena keterkaitannya dengan keyakinan akan keberadaan Danyang Dusun Kemiren, yang diyakini sebagai Buyut Cili. Meskipun cerita tentang Buyut Cili hanya berdasarkan keterangan lisan tanpa bukti otentik, namun mitos ini tetap dipegang teguh oleh masyarakat sebagai pedoman hidup.

Baca juga:  Warga Banyuwangi Ditemukan Membusuk, Sang Anak Beberapa Hari Temani Tidur di Sebelahnya

Ritual Ider Bumi memiliki akar sejarah yang bermula pada abad ke-19, ketika Desa Kemiren dilanda pageblug atau blindeng, sebuah bencana yang menimbulkan ketakutan dan kerugian bagi masyarakat. Melalui inisiatif para sesepuh desa dan petunjuk dari mimpi, masyarakat mengadakan upacara selametan dan arak-arakan, yang akhirnya berhasil mengusir bahaya dan penyakit.

Seperti ritual lain di Banyuwangi, Tradisi Ider Bumi juga melibatkan pertunjukan seni yang memukau. Arak-arakan Barong Ider Bumi, yang dimulai dari ujung timur hingga ujung barat Desa Kemiren, menjadi momen penting dalam mengekspresikan syukur dan solidaritas masyarakat.

Ritual ini tidak hanya sebagai ungkapan rasa syukur, melainkan juga sebagai ajang mempererat kebersamaan antarwarga tanpa memandang status sosial. Dengan mengakhiri arak-arakan dalam selamatan bersama, masyarakat Suku Osing Banyuwangi menegaskan bahwa tradisi dan kepercayaan mereka tetap kokoh di tengah arus modernisasi.

 

Ritual Seblang Olehsari

Masyarakat Olehsari bakal kembali mengadakan tradisi khas mereka, Ritual Adat Seblang, sebagai bagian dari upaya menjaga kebersihan desa dan memohon perlindungan dari segala bencana.

Ritual yang telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat setempat ini digelar selama tujuh hari berturut-turut, tak lama setelah Hari Raya Idul Fitri.

Penari yang memerankan peran kunci dalam ritual ini tidak dipilih secara biasa, melainkan melalui proses supranatural yang dipercayai oleh masyarakat setempat. Dipanggil dengan sebutan Gambuh atau pawang, mereka memilih penari dari keturunan penari seblang sebelumnya, menjaga kesinambungan dan keaslian dalam pelaksanaan ritual ini.

Baca juga:  Ditinggal Bapak Beli Rokok, Anak di Banyuwangi Tewas Tenggelam di Sungai

Ritual dimulai dengan upacara khusus yang dipimpin oleh sang Gambuh atau pawang. Penari, dengan mata ditutup oleh para ibu yang hadir sambil memegang tempeh (nampan bambu), dibasahi dengan asap dupa (Menyan) sembari sang pawang membaca mantra.

Saat penari terjatuh, menandakan ia dalam keadaan kesurupan atau kejiman, pertunjukan pun dimulai. Dengan mata terpejam, penari menari mengikuti arah yang ditunjukkan oleh sang pawang dan irama gendhing yang mengalun.

Tidak hanya menjadi penonton pasif, dalam ritus ini penonton juga diajak untuk berpartisipasi. Saat seblang melemparkan selendangnya ke arah penonton, mereka yang terkena selendang tersebut diharapkan mau turut serta menari bersama si Seblang, menciptakan ikatan yang erat antara pelaku dan penonton dalam pengalaman ritual yang mendalam ini.

Ritual Adat Seblang Olehsari bukan sekadar pertunjukan seni. Namun, juga menjadi wujud kehidupan spiritual dan kearifan lokal masyarakat Banyuwangi yang patut dilestarikan dan dijunjung tinggi.

 

Tradisi Puter Kayun

Tradisi Puter Kayun biasanya selalu menjadi bagian kemeriahan Hari Raya Idul Fitri di Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi. Biasanya, dilaksanakan pada hari kesepuluh Syawal. Dalam tradisi itu, ratusan warga berkumpul untuk mengikuti ritual napak tilas dengan menaiki delman hias.

Baca juga:  Bocah Perempuan di Banyuwangi Terekam CCTV Curi Uang di Pom Bensin

Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada leluhur yang telah membuka akses jalan di kawasan utara Banyuwangi. Ki Ageng Menden dan Ki Buyut Jakso, dua leluhur yang dihormati, diyakini memiliki peran penting dalam pembangunan jalan tersebut.

Puter Kayun diawali dengan doa bersama di Masjid Baitul Muttaqin Boyolangu. Kemudian, warga berbondong-bondong menaiki delman hias yang telah didekorasi dengan berbagai macam warna dan ornamen. Ratusan delman ini kemudian bergerak bersama menuju Pantai Watu Dodol, menempuh jarak sekitar 15 kilometer.

Di sepanjang perjalanan, para peserta Puter Kayun disuguhkan dengan berbagai hiburan, seperti musik tradisional dan tari-tarian. Antusiasme warga terlihat jelas dari raut wajah ceria mereka.

Tradisi ini merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Selain untuk mengenang jasa leluhur, Puter Kayun juga menjadi ajang silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan antar warga.

Setibanya di Pantai Watu Dodol, para peserta Puter Kayun melakukan doa bersama dan menaburkan bunga di atas batu besar yang konon menjadi saksi bisu perjuangan para leluhur.

Tradisi Puter Kayun merupakan salah satu daya tarik wisata di Banyuwangi yang mampu menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Keunikan dan nilai budaya yang terkandung dalam tradisi ini menjadikannya sebagai aset berharga yang harus dijaga dan dilestarikan. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.