KabarBaik.co – Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kota Batu mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup, peringkat Kota Batu yang semula berada di posisi ke-7 nasional pada 2023 anjlok ke urutan 131 pada 2024.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu, Dian Fachroni, mengungkapkan penurunan ini disebabkan oleh pengelolaan sampah yang belum optimal dan maraknya pembakaran sampah di seluruh desa maupun kelurahan. “Faktor utamanya karena pengelolaan sampah yang belum optimal dan banyaknya pembakaran sampah anorganik maupun residu di seluruh desa/kelurahan,” ujar Dian di Balaikota Among Tani, Kota Batu, Rabu (13/8).
Dian menjelaskan, praktik pembakaran sampah yang terjadi di hampir 24 desa/kelurahan menghasilkan asap dengan partikel berbahaya yang mencemari udara. “Asapnya bukan hanya bau, tapi membawa partikel berbahaya yang langsung menurunkan kualitas udara,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Dian, penggunaan incinerator yang tidak memenuhi standar turut memperburuk kondisi udara. “Kami menginvestigasi, selain karena padatnya kunjungan wisatawan, turunnya indeks kualitas udara juga diproduksi oleh tungku-tungku insinerator yang tidak standar,” papar Dian.
Sebagai langkah penanganan, Dian menyebut bahwa DLH membangun komposter berkapasitas 4 ton per hari untuk mengolah sampah organik di 21 ruas jalan protokol. Ke depan, Kota Batu memerlukan setidaknya 60 rumah kompos berbasis dusun untuk melayani 750 hingga 1.000 kepala keluarga per titik.
Menurut Dian, saat ini anggaran pembangunan 20 rumah kompos sudah tersedia. Mekanismenya menggunakan modal belanja, sehingga rumah kompos menjadi aset pemerintah kota. Pengelolaan dilakukan melalui skema swakelola dengan melibatkan Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang ditunjuk kepala desa atau lurah.
“Selain mengurangi sampah organik, ini juga membangun rasa memiliki dan tanggung jawab bersama,” tegas Dian. DLH menargetkan tren penurunan IKLH dapat terhenti pada 2025 dan Kota Batu kembali masuk jajaran kota dengan kualitas lingkungan hidup terbaik di Indonesia. (*)