Industri Hotel Tertekan, Pendapatan Anjlok 50 Persen, Stimulus Pemerintah Dinilai Tak Cukup

oleh -137 Dilihat
hotel
Ilustrasi

KabarBaik.co – Industri perhotelan di Indonesia tengah menghadapi tekanan berat sejak awal tahun. Tingkat hunian (okupansi) menurun, pendapatan merosot, sementara stimulus yang digelontorkan pemerintah dinilai belum mampu memulihkan pasar.

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengungkapkan, secara tahunan (year-on-year/yoy) terjadi penurunan okupansi hotel sebesar 3,51 persen. Dari sisi pendapatan, penurunan bahkan jauh lebih dalam, mencapai rata-rata 50 persen.

Menurut Maulana, kondisi ini tak lepas dari anjloknya permintaan dari sektor pemerintah yang selama ini menjadi tulang punggung industri hotel. Selama ini, kontribusi sektor pemerintah mencapai 40 persen–60 persen terhadap pendapatan hotel nasional, terutama lewat penyelenggaraan kegiatan di ballroom serta segmen MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

“Itu yang mengisi kegiatan di ballroom. Segmen-segmen MICE berkontribusi ke revenue hotel 50 persen sampai 60 persen, bahkan ada hotel yang sampai 80% mengandalkan sektor pemerintah,” ujarnya, Rabu (24/9).

Sayangnya, efisiensi anggaran yang diterapkan pemerintah pusat dan pemangkasan dana transfer ke daerah (TKD) membuat belanja pemerintah untuk kegiatan perhotelan semakin terbatas. Hal ini berdampak langsung pada permintaan akomodasi, terutama di daerah-daerah yang minim aktivitas korporasi.

Sektor pariwisata pun belum mampu menutup kekosongan. Maulana menyebut, Bali relatif lebih baik berkat kunjungan wisatawan mancanegara, namun kondisi itu tidak mencerminkan situasi di seluruh Indonesia.

Faktor daya beli masyarakat juga menambah tekanan. Meski pemerintah sudah mengeluarkan sejumlah stimulus, seperti PPh 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) yang kini bisa dimanfaatkan pekerja hotel, efeknya dinilai minim terhadap pemulihan industri.

Pendapatan yang seret membuat banyak hotel terpaksa melakukan efisiensi tenaga kerja. “Banyak daily worker yang tidak lagi kami serap, bahkan ada yang hanya bekerja dua minggu dalam sebulan,” jelas Maulana.

Ia menilai, stimulus yang berfokus pada tenaga kerja memang positif, tetapi tidak efektif jika pasar tetap lesu. Yang lebih dibutuhkan, menurutnya, adalah stimulus yang bisa mendorong permintaan dan menggerakkan pasar.

“Sejauh ini saja industri hotel masih minus. Untuk mengejar pertumbuhan positif di sisa tahun ini tampaknya cukup berat,” pungkas Maulana.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Dani
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.