Jejak Sunyi Bhayangkara: Sumardji dan Nyala Api Timnas Indonesia

oleh -859 Dilihat
SUMARDJI
Kombes Pol Sumardji, manajer Timnas Indonesia. (Foto IG)

DI MEDAN hijau yang penuh sorak dan gemuruh, sorotan kamera selalu mengarah pada para gladiator rumput. Mereka yang berlari, bertarung, dan menendang bola demi sebuah kehormatan. Lambang di dada. Namun, di balik layar sorot lampu dan gegap gempita tribun, berdirilah sosok yang nyaris tak terdengar suaranya. Tetapi, denyut nadinya menyatu dengan setiap detik perjuangan tim: sang manajer.

Ia bukan maestro taktik. Yang mengatur garis pertahanan atau menginstruksikan formasi. Menyerang atau bertahan. Ofensif atau defensif. Total football atau parkir bus. Ia bukan pemilik kaki lincah atau kiper yang terbang menyelamatkan gawang. Tapi, tanpa kehadirannya, orkestra ini takkan pernah berjalan dalam irama yang utuh. Manajer adalah konduktor tanpa tongkat. Arsitek di balik bangunan emosi dan logistik sebuah tim.

Dan, ketika kita bicara tentang manajer tim nasional (timnas), satu nama kini terpatri dalam sejarah sepak bola Indonesia: Sumardji.

Arsitek dari Nganjuk

Lahir dari desa di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Sumardji tidak mengawali hidupnya dari panggung gemerlap atau jalan cepat menuju puncak. Ia bukan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) seperti banyak perwira lainnya. Tapi, lulusan dari pendidikan Bintara. Jalur terasa lebih senyap, namun tidak kalah terjal. Memulai karier dari bawah. Berdinas di Urusan Regident Polda Jatim, mengurusi hal-hal teknis seperti STNK dan administrasi kendaraan itu. Berkantor di Samsat Jalan Manyar Kertoarjo, Surabaya.

Tugas-tugasnya bukan tentang sorotan, tapi tentang tatanan. Tata kelola. Ia bekerja dalam diam. Membangun dari dasar, dan perlahan naik sebagai Kapolresta Sidoarjo, hingga akhirnya kini menjabat sebagai auditor di Kepolisian Republik Indonesia. Namun, jejaknya di awal pada bidang administrasi itu justru menjadi fondasi kuat ketika Sumardji menjejak dunia yang sama sekali berbeda: lapangan hijau sepak bola.

Jika timnas adalah kapal perang yang berlayar mengarungi samudra kompetisi, maka Sumardji adalah penjaga angin dan layarnya. Ia memastikan perahu tak oleng oleh badai administrasi, logistik, atau ego para pelautnya. Ia menertibkan yang liar, menenangkan yang panas, dan menyatukan yang terpisah. Ia tahu betul bahwa kemenangan tak hanya ditentukan di lapangan, tapi juga dari ruang ganti, ruang rapat, hingga meja makan pemain.

Pada sebuah kesempatan wawancara, salah satu nilai penting yang selalu diinternalisasi oleh Sumardji dalam sebuah tim adalah disiplin. Baginya, disiplin adalah akar dari segala keberhasilan. Bukan hanya disiplin dalam latihan, tetapi menyeluruh. Disiplin ibadah, disiplin waktu, hingga disiplin makan. Bahkan, dalam hal yang mungkin dianggap kecil seperti cara meletakkan sepatu dan pakaian pun, tak luput dari perhatiannya. Ia percaya bahwa dari hal-hal kecil itulah karakter besar dibentuk.

Tak hanya soal disiplin fisik. Sumardji juga peka terhadap sisi mental para pemain. Ia berkali-kali menegaskan, masalah terbesar seorang pemain bukan soal kemampuan teknik, tetapi soal mentalitas. Dalam pengamatannya, banyak pemain muda tergoda oleh sorotan media dan jebakan popularitas. Karena itu, ia tak lelah menyalakan peluit.

Kalian bukan artis. Kalian pemain sepak bola. Jangan tampil terus di media seolah kalian selebritas atau artis.Nasihat ini bukan hanya untuk meredam ego, tetapi juga untuk menjaga fokus dan integritas. Mungkin kalimat itu sederhana, tapi penuh makna mendalam.

Saat Indonesia yang kini mengukir sejarah dengan sukses menembus babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, sebuah prestasi yang belum pernah diraih sebelumnya, nama Sumardji mungkin tak berada di atas panggung. Sorot kamera hanya sesekali melintas ke arahnya. Namun, getarannya terasa dalam fondasi yang ia bangun.

Dan jauh sebelumnya, di panggung SEA Games, ia menyalakan nyala harapan yang telah padam selama 32 tahun. Timnas Indonesia akhirnya kembali berdiri sebagai juara, menaklukkan Thailand yang selama ini seakan menjadi tembok tak tergoyahkan. Di balik peluh para pemain, di balik strategi pelatih, ada tangan Sumardji yang menyalakan semangat, mengatur ritme, dan menjaga agar bara kemenangan tidak padam oleh keraguan.

Namun, kemenangan itu juga membawa momen yang menguji keteguhan jiwa Sumardji. Dalam final SEA Games 2023, saat emosi memuncak di lapangan dan tensi membara, Sumardji justru menjadi korban. Ia dikeroyok oleh beberapa ofisial tim Thailand dalam sebuah insiden yang kemudian menjadi sorotan nasional, bahkan internasional.

Media-media besar mengangkat peristiwa tersebut ke permukaan, menjadikannya headline yang menggambarkan betapa panas dan dramatisnya duel final tersebut. Tapi, Sumardji tidak membalas dengan amarah. Ia tetap berdiri sebagai pemimpin, menunjukkan kelas, ketegaran, dan kehormatan. Justru dari luka itulah, martabatnya terpahat lebih dalam dalam benak publik.

Penjaga Api dalam Bara

Dalam filosofi tim, manajer adalah roh penjaga. Tak terlihat tapi selalu hadir. Dan Sumardji, dengan disiplin khas kepolisiannya, seolah menjadi api yang menghangatkan sekaligus membakar semangat. Ketika konflik menyala di ruang ganti, ia menjadi embun yang menyejukkan. Ketika mental pemain mulai rapuh oleh tekanan nasionalisme dan harapan publik, ia hadir sebagai tanah tempat mereka kembali berpijak.

Ia bukan hanya manajer. Ia adalah mediator, pengayom, sekaligus pembisik doa sebelum laga. Ia tahu kapan harus bersuara, kapan harus diam. Tidak berteriak, tapi ketika berbicara, semua mendengar. Aura kepemimpinannya tidak dibangun dari pangkat, tetapi dari kehadiran.

Saat peluit akhir berbunyi dan kemenangan diraih, sorotan kamera tak pernah mencarinya. Tidak berdiri di podium, tidak mengangkat trofi. Tapi para pemain tahu siapa di antara nama yang mereka cari setelah menang itu. Ia penjaga sistem. Jika pelatih bicara soal skema permainan, Sumardji bicara tentang moral dan semangat. Jika pelatih mengatur formasi, Sumardji mengatur suasana. Ia menjahit luka, membalut ego, dan menghalau badai.

Sumardji, sosok yang berjalan dari ruang bawah sistem kepolisian yang kini sedang duduk sebagai pengatur di atas roda sepak bola nasional, menjadi satu bukti bahwa panggilan pengabdian bisa lintas medan dan lintas profesi.

Anak desa dari Nganjuk itu mungkin tidak pernah mengejar panggung. Tapi panggunglah yang akhirnya tunduk pada jejaknya. Keberhasilannya adalah bukti bahwa keberanian bukan selalu milik mereka yang berdarah sepak bola. Kadang, ia datang dari mereka yang mengerti kedisiplinan, keteguhan, dan nilai pengorbanan.

Dunia sepak bola bukan habitat alami seorang polisi. Tapi Sumardji menjelma menjadi bagian vital dari ekosistem itu. Ia membawa etos kerja kepolisian—rasa tanggung jawab, kecepatan bertindak, dan presisi dalam pengambilan keputusan—ke dalam dunia yang penuh emosi dan harapan kolektif bangsa.

Sumardji telah membuktikan bahwa kepemimpinan bukan soal dari mana seseorang itu berasal. Namun, bagaimana kita hadir untuk mereka yang kita pimpin. Ia tidak dilahirkan di antara para bintang sepak bola, tapi ia menjadi langit tempat bintang-bintang itu bersinar dengan aman. Ia tidak memulai dari pusat panggung, melainkan setiap langkahnya membawa panggung itu pada cahaya.

Dalam sunyi peran itulah, Sumardji menjadi pondasi. Ia tidak bermain dengan bola, tapi dengan waktu, emosi, dan harapan. Dan dari balik tirai perannya yang tersembunyi, dialah yang menjaga nyala nyali sebuah bangsa.

Sumardji bukan sekadar manajer. Ia adalah jiwa yang menyalakan semangat negeri. Dalam dunia sepak bola yang keras, namanya menggambarkan bambu Jawa: lentur saat angin ribut, namun tak pernah patah.

Ketika peluit panjang berbunyi dan sorak-sorai pecah serta nyanyian ”Tanah Airku” menggema, nama Sumardji tetap berdiri di balik layar. Senyap penuh arti, bayang yang tak pernah pudar di balik kemenangan. Bintang yang setia bersinar, meski fajar mulai menjelang. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi


No More Posts Available.

No more pages to load.