Kades Randuboto Andhi Sulandra, Dari Pengasong hingga Dijuluki Petinggi Gratisan

oleh -492 Dilihat
fe4ce603 b20b 45f6 9859 ea7561556730
Andhi Sulandra bersama warganya. (Foto: Ist)

KabarBaik.co – Di Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, nama Andhi Sulandra bukan sekadar dikenal, tapi dicintai. Sosoknya yang sederhana, rendah hati, dan dekat dengan masyarakat membuatnya tak sekadar menjabat sebagai kepala desa (kades), melainkan menjadi bagian dari denyut kehidupan warga.

Kisah hidup Andhi bukan cerita tentang keberuntungan yang jatuh dari langit. Laki-laki yang mengenyam pendidikan di IKIP Malang ini tumbuh dalam keterbatasan. Sejak duduk di bangku SMA, ia sudah terbiasa membantu ibunya yang seorang guru madrasah, dengan bekerja membuat petis untuk menyambung hidup.

“Selepas SMA saya kuliah di IKIP Malang. Karena sudah tidak punya bapak, saya bantu-bantu dengan cara ngasong di terminal Kertosono, kadang juga ngamen waktu liburan panjang,” kenangnya sambil tersenyum, Kamis (12/6).

Bahkan ketika kuliah, ia tak lepas dari perjuangan dengan menjadi nelayan, mengasong di bus jurusan Surabaya–Malang, dan sempat nyantri Ngawula di Pondok Pesantren Miftahul Huda Gading di bawah asuhan KH Ahmad Arif Yahya selama lebih dari empat tahun.

Andhi Sulandra juga pernah merasakan beasiswa Supersemar, secercah bantuan yang sangat berarti bagi mahasiswa pekerja keras sepertinya. Namun Andhi tak pernah mengeluh. Semua itu ia jalani dengan niat baik dan keikhlasan.

Tahun 2004, Andhi diterima sebagai PNS Kementerian Agama. Ia mengajar di MAN 2 Gresik lalu pindah ke MAN 1 Gresik. Profesi guru adalah cita-cita yang ia jalani dengan bangga dan penuh dedikasi. Karena itu, menjadi kades bukanlah tujuan hidupnya.

Namun, takdir berkata lain. Pada suatu masa, desakan dari masyarakat begitu kuat agar ia maju mencalonkan diri sebagai kades. Situasinya kala itu genting: calon tunggal yang maju adalah istri dari mantan kepala desa, dan warga menginginkan perubahan. Warga juga berdatangan di rumahnya untuk meminta dirinya maju.

“Waktu itu saya tidak ingin maju, kecuali ibu saya merestui. Dua hari sebelum pendaftaran, ibu saya akhirnya merestui,” ujarnya. Ia pun segera pamit ke lembaga dan mendaftar.

Yang mengejutkan, seluruh biaya pencalonan ditanggung oleh masyarakat. Ia tak mengeluarkan sepeser pun. “Saya sering disebut petinggi gratisan,” katanya sambil tertawa lepas.

Masyarakat tak asal memilih. Andhi sudah sejak lama dikenal sebagai pribadi yang peduli. Saat masih menjadi nelayan, ia kerap membantu rekan-rekannya yang sakit. Ia sendiri yang mengantar ke puskesmas, mengurus administrasi, hingga ikut menanggung biaya pengobatan.

Priode pertama ia jalani dengan penuh dedikasi. Namun, ketika masa jabatan hampir habis, ia merasa ingin kembali ke dunia pendidikan. Ia bahkan sudah mengundurkan diri secara resmi. Tapi warga menolaknya mundur. Dorongan kembali datang, begitu kuat, begitu hangat.

Memasuki akhir masa jabatan pertamanya, Andhi Sulandra sebenarnya telah mantap untuk tidak melanjutkan kepemimpinannya sebagai Kepala Desa Randuboto. Ia bahkan secara resmi mengajukan pengunduran diri dengan niat kembali mengabdi sebagai pengajar di MAN.

Namun, keputusan itu justru memicu gelombang harapan dari masyarakat. Warga berdatangan ke depan rumahnya, membentangkan spanduk besar yang berisi permintaan agar ia kembali melanjutkan masa jabatannya.

Lebih menyentuh lagi, mereka datang tanpa sepatah kata pun, hanya berdiri dalam diam, menunjukkan ketulusan harapan mereka. Puncaknya, perwakilan warga datang menemui ibunya untuk memohon restu agar Andhi bersedia kembali menjadi kepala desa.

Dan dari restu sang ibu, lahirlah keputusan besar itu: Andhi Sulandra kembali memimpin Randuboto, bukan semata karena jabatan, tapi karena cinta dan kepercayaan tulus dari warganya.

Kini di periode keduanya, Andhi tetap menjadi sosok sederhana yang tidak berubah. Kepemimpinannya menjadi bukti bahwa jabatan tidak selalu datang dari ambisi, tapi bisa lahir dari kepercayaan tulus masyarakat.

Selama masa kepemimpinannya, Andhi Sulandra menorehkan berbagai capaian nyata yang berdampak langsung bagi kemajuan dan kesejahteraan warga Desa Randuboto. Ia memfasilitasi kebutuhan nelayan di dermaga Bengawan Solo dengan membangun dock perahu, plengsengan, penerangan, akses air bersih, hingga Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Ia juga berhasil memperjuangkan legalitas lahan bagi masyarakat bantaran sungai melalui sertifikat hak milik (SHM), serta menata kawasan kumuh menjadi kawasan minapolitan melalui program bedah rumah dari DAK Kementerian PUPR.

Dalam bidang lingkungan, ia menunjukkan perhatian penuh terhadap persoalan sampah melalui pengelolaan TPS3R, pemanfaatan limbah kerang, inovasi kompor berbahan bakar minyak jelantah, dan kebijakan satu rumah satu biopori.

Tak hanya itu, ia juga berhasil menghubungkan wilayah seberang sungai lewat pembangunan kapal Amazon Van Java beserta dermaganya yang mampu mengangkut empat mobil dump truck, memudahkan akses sosial, ekonomi, pendidikan, hingga wisata antar wilayah, termasuk menuju Brangwetan Island.

Meski capaian ini telah menempatkan Randuboto sebagai desa yang lebih maju berkali-kali lipat, Andhi belum sepenuhnya puas. Ia masih memendam cita-cita besar: menjadikan Randuboto sebagai pusat perekonomian berbasis minapolitan.

PR besar yang kini sedang ia perjuangkan antara lain pembangunan pasar ikan yang representatif, SPBUN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan), cold storage, dan tempat pengolahan terpadu sepanjang aliran sungai Randuboto.

Bagi warga Randuboto, Andhi Sulandra bukan hanya pemimpin, tetapi teladan hidup. Seorang guru, sahabat, dan petinggi gratisan yang hatinya tak pernah lelah melayani.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Muhammad Wildan Zaky
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.