KabarBaik.co – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur kembali menegaskan komitmennya dalam membangun pendidikan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri. Melalui kegiatan Sharing Session Industry-Based Curriculum (IBC) di Graha Kadin Jatim, Senin (16/6), Kadin Jatim, Pemprov Jatim, dan Swisscontact memulai langkah strategis menyusun kurikulum berbasis industri yang adaptif.
Kegiatan ini melibatkan 30 peserta dari berbagai instansi, termasuk Dinas Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja, Disperindag, Bappeda, pelaku industri, SMK, politeknik, hingga lembaga pelatihan. Selama lima hari pelatihan, peserta yang bertindak sebagai fasilitator vokasi dibekali kemampuan menjembatani dunia pendidikan dan dunia usaha.
Senior Program Officer Swisscontact, Benaya Victorius, menekankan pentingnya peran fasilitator vokasi. “Fasilitator adalah penghubung utama antara pendidikan dan industri. Kami menyusun peta jalan bagi peran ini agar menjadi alat strategis membangun ekosistem kolaboratif jangka panjang,” ujarnya.
Menurut Benaya, peserta dipilih berdasarkan pengalaman menyusun kurikulum dan kini dilatih pendekatan fasilitasi agar mampu menggali kebutuhan riil industri serta mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran vokasi.
Direktur Kadin Institute, Nurul Indah Susanti, menyebut kegiatan ini sejalan dengan Perpres 68/2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. “Jawa Timur sudah memiliki Renstra TKDV yang dituangkan dalam Peraturan Gubernur. Ini menjadi pijakan penting untuk memperkuat pendidikan vokasi di daerah,” katanya.
Ia juga mengungkapkan bahwa dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, sebanyak 28 daerah telah memiliki TKDV aktif. “Kami berharap kurikulum hasil sharing session ini bisa segera diterapkan secara luas,” tambahnya.
Asisten I Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, Benny Sampirwanto, mengungkapkan bahwa kurikulum berbasis industri adalah solusi strategis untuk mengurangi kesenjangan antara lulusan vokasi dan kebutuhan industri.
“Model integrasi SMK dan politeknik selama empat tahun, dengan dua tahun terakhir fokus pada pemagangan, diyakini mampu mencetak lulusan yang lebih siap kerja,” jelas Benny.
Ia menyoroti data BPS Agustus 2024, di mana tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK mencapai 9%, tertinggi di antara jenjang pendidikan lainnya.
“Dengan kurikulum yang relevan dan pemagangan terstruktur, kita berharap lulusan vokasi langsung terserap industri,” tambahnya.
Pelatihan ini juga menjadi ruang diskusi untuk menyamakan persepsi antar pemangku kepentingan. Strategi penyelarasan hingga percepatan implementasi kurikulum berbasis industri diharapkan menjadi hasil nyata dari inisiatif ini.
“Keberhasilan hanya bisa dicapai jika pemerintah, dunia usaha, dan dunia pendidikan bergerak bersama. Sinergi adalah kunci,” tegas Nurul.
Melalui program ini, Jawa Timur terus menunjukkan keseriusannya sebagai pelopor pengembangan pendidikan vokasi nasional. Dengan kolaborasi erat antara sektor pendidikan dan dunia usaha, kualitas lulusan vokasi diharapkan mampu mendukung pertumbuhan industri daerah sekaligus menjawab kebutuhan pasar kerja.