KabarBaik.co – Upaya memperkuat konektivitas ekonomi kawasan timur Indonesia kembali digalakkan. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Nusa Tenggara Timur (NTT) menggandeng Kadin Jawa Timur (Jatim) dalam forum bisnis untuk memperluas kerja sama investasi dan perdagangan antardaerah.
Kegiatan yang berlangsung di Graha Kadin Jatim, Surabaya, Senin (28/7) ini digelar bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTT. Sedikitnya 80 pelaku usaha hadir, masing-masing 40 dari NTT dan 40 dari Jawa Timur.
Ketua Kadin NTT Bobby Lianto menegaskan bahwa Jawa Timur selama ini menjadi mitra dagang utama NTT, terutama dalam jalur distribusi barang melalui Surabaya ke berbagai wilayah seperti Kupang, Sumba Timur, Labuan Bajo, Alor, dan Flores Timur.
“Kerja sama ini tidak hanya mempererat hubungan, tapi juga menjadi bagian dari solusi untuk mengurangi defisit perdagangan dan membangun substitusi industri di NTT,” ujar Bobby.
Dalam forum tersebut, dilakukan business matching yang telah dipersiapkan melalui data-data awal. Hasilnya, empat nota kesepahaman (MoU) dibahas, dua di antaranya langsung dieksekusi. Investasi pertama adalah di bidang peternakan ayam ras pedaging dan petelur, dan yang kedua adalah pengembangan pertanian jagung di atas lahan 1.000 hektare.
“Ini langkah konkret mendukung program Ayo Bangun NTT. Investasi ayam ras tahap awal ditaksir Rp6 miliar, dan jagung mencapai Rp 15 miliar,” jelas Bobby.
Ia menambahkan, kegiatan seperti ini akan menjadi agenda rutin, minimal setahun sekali, guna menjaga kesinambungan relasi ekonomi dan investasi antardaerah.
Kepala KPw BI NTT, Agus Sistyo Widjajati, mengatakan kerja sama ini mendukung perubahan pendekatan pembangunan di NTT. Selama ini, pertumbuhan ekonomi daerah banyak ditopang belanja pemerintah. Namun dengan efisiensi anggaran pusat, peran sektor swasta menjadi krusial.
“Jawa Timur dipilih karena merupakan mitra ekonomi terbesar NTT setelah Jakarta. Kolaborasi ini diharapkan dapat mendorong produktivitas, investasi, serta transfer teknologi di sektor pertanian dan peternakan,” kata Agus.
Menurutnya, produktivitas pertanian di NTT rata-rata hanya 4 ton per hektare, jauh di bawah Jawa Timur yang mencapai 8–10 ton. Dengan teknologi dan metode yang lebih modern, hasil panen diharapkan bisa meningkat signifikan.
Kerja sama ini juga membuka peluang pasar lebih luas. Lokasi strategis NTT yang dekat dengan Timor Leste dan Australia menjadikan provinsi ini sebagai jalur distribusi potensial untuk kawasan Pasifik Selatan.
Harga produk dari Jawa Timur yang dikirim ke NTT pun lebih kompetitif, seperti ayam potong beku, yang lebih murah dibandingkan produk lokal di Kupang.
Dengan kombinasi peningkatan produktivitas, penguatan SDM, dan perluasan pasar, diharapkan kesejahteraan masyarakat NTT dapat meningkat.
“Selama ini, belanja negara menyumbang 61 persen ekonomi NTT. Lewat sinergi ini, diharapkan sektor swasta bisa ambil peran lebih besar,” tutur Agus.
Wakil Ketua Umum Kadin Jatim Bidang Jaringan Usaha Antar Provinsi, Diar Kusuma Putra, menyambut baik kemitraan ini. Ia menilai bahwa NTT berpotensi besar menjadi reseller atau distributor produk-produk manufaktur dari Jawa Timur, terutama untuk pasar Indonesia Timur dan Timor Leste.
“Banyak barang di Timor Leste berasal dari Jawa Timur. Jadi sangat strategis kalau pengusaha NTT bisa menjadi distributor utama,” ujarnya.
Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto, menyebut forum ini sebagai langkah awal yang strategis. Ia menekankan pentingnya penguatan produk dalam negeri di pasar domestik dan regional.
“Kegiatan misi dagang seperti ini akan terus kami galakkan, dua bulan sekali ke berbagai provinsi. Setelah dari Surabaya, kami akan ke Lampung dan Aceh,” kata Adik.
Ia menambahkan, fokus Kadin Jatim saat ini adalah penguatan sumber daya manusia (SDM). Bersama mitra internasional seperti IHK Trier dan GIZ (Jerman) serta Swiss Contact, Kadin Jatim menggencarkan pelatihan vokasi dan peningkatan keterampilan.
Kepala BI Jawa Timur, Ibrahim, menegaskan pentingnya peran strategis Jatim dalam ekonomi nasional. Di Pulau Jawa, Jatim menyumbang 25 persen PDB. Secara nasional, kontribusinya mencapai 14,32 persen, tertinggi kedua setelah DKI Jakarta.
“Gubernur Jatim telah mencanangkan provinsi ini sebagai Gerbang Baru Nusantara. Kerja sama ekonomi dengan NTT bisa memperkuat posisi itu, apalagi NTT berpotensi jadi pintu ekspor ke Timor Leste,” ujarnya.
Dengan dukungan semua pihak, sinergisitas antara Jawa Timur dan NTT diharapkan mampu menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, sekaligus menjadi model kerja sama antardaerah yang saling menguatkan di tengah tantangan pembangunan nasional.