Karamah Skuad Garuda

oleh -193 Dilihat
WC2026 GARUDA

DI PANGGUNG sepak bola dunia, Indonesia adalah puisi yang belum selesai ditulis. Ia bukan sajak megah yang dilagukan di stadion-stadion besar Eropa. Bukan pula simfoni gemuruh seperti Brasil, Spanyol, Prancis, atau Jerman yang lincah dalam nada-nada kemenangan. Indonesia, di mata matematika dan logika sepak bola, adalah tim yang masih tertatih di anak tangga. Mencoba naik ke singgasana langit yang terlalu tinggi.

Jika kita buka lembar logika di babak keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia saja, Qatar dan Arab Saudi, sang tuan rumah eks juara Asia. Bertabur bintang dengan didampingi pelatih kelas dunia. Irak, sang penjaga nyala Timur Tengah, dengan tradisi sepak bola kuat dan barisan striker haus gol. Lalu, kita, Indonesia? Peringkat 120-an FIFA, baru mengenal atmosfer ketatnya babak keempat kualifikasi Piala Dunia, seperti bocah kecil yang baru masuk gelanggang raksasa.

Di atas kertas, Skuad Garuda kalah dalam segala hal. Pengalaman, peringkat, strategi, bahkan statistik tembakan dan penguasaan bola. Di papan catur logika, pion-pion merah putih tampak tersisih oleh benteng dan kuda musuh. Namun, jangan lupa! Ini sepak bola, Ia bukan ilmu pasti. Ia lebih dekat ke filsafat, lebih mirip takdir. Sebab, adagium umum bahwa bola itu bundar, dan seperti kehidupan, sepak bola tidak bisa ditebak awam. Kecuali mungkin oleh para bandar.

Sepak bola telah mencatat beberapa momen suci, saat yang lemah menumbangkan yang perkasa, saat yang tak mungkin menjelma nyata. Sebut saja, Korea Selatan, di Piala Dunia 2002. Siapa sangka tim Asia Timur ini mampu menyingkirkan Italia dan Spanyol hingga mencapai semifinal? Mereka datang bukan sebagai unggulan. Hanya sebagai tuan rumah pelengkap. Tapi, semangat mereka membungkam kekuatan sejarah dan statistik.

Lalu, Yunani di Piala Eropa 2004. Tim ini bukan siapa-siapa. Tidak ada bintang dunia. Tidak ada nama besar. Namun di akhir turnamen, merekalah yang mengangkat trofi. Yunani menjadi bukti bahwa kehendak bisa menundukkan kalkulasi. Terbaru, Maroko di Piala Dunia 2022 lalu. Negara Afrika pertama yang mencapai semifinal. Mereka menumbangkan Belgia, Spanyol, dan Portugal, para kekuatan raksasa dunia. Semua karena semangat dan kecintaan terhadap lambang di dada mereka.

Satu lagi, Islandia di Piala Eropa 2016. Negara kecil dengan penduduk setara satu distrik Jakarta Selatan. Tapi, mereka menyingkirkan Inggris dan melaju ke perempat final. Mereka menunjukkan bahwa yang kecil tidak selalu kalah. Maka, saat Indonesia berada satu grup dengan Arab Saudi dan Irak di babak keempat, sebagian analis mungkin sudah jauh-jauh melempar dadu: “Peringkat ketiga, paling mentok.”

Tapi sepak bola bukan hanya angka. Ia adalah getaran, keyakinan, dan kejutan. Mungkin yang dibutuhkan Indonesia bukan hanya taktik jenius atau fisik prima, tapi sesuatu yang lebih langka. Yakni, karamah sepak bola. Sebuah keberkahan dari semangat yang tak pernah padam.

Dan, mungkin Minggu dini hari nanti, 12 Oktober, bola liar itu akan memantul tak terduga. Mungkin, Jay Idzes akan memotong umpan dengan presisi surgawi, dan Ole Romeney atau Miliano Jonathan yang keturunan Depok itu akan mencetak gol yang menggema di Asia. Mungkin di Stadion Jeddah itu para pemain kita akan berubah menjadi pujangga yang menulis sejarah dengan keringat dan air mata.

Jadi, di atas kertas, Indonesia adalah titik kecil di galaksi sepak bola Asia. Tapi kertas tak bisa menulis takdir. Karena takdir sepak bola, seperti hidup, ditulis oleh yang bersungguh-sungguh. Dan jika ada mukjizat tersisa di langit sepak bola, Indonesia hanya perlu percaya dan berlari.

Karena dalam sepak bola, seperti dalam hidup bahwa yang tak mungkin hari ini bisa jadi kenyataan esok hari. Ketika saat itu tiba, dunia tak hanya akan membaca skor, mereka akan membaca puisi.

Kini, langit Timur Tengah tengah menanti. Apakah Garuda akan terus terbang tinggi atau tertiup badai? Waktu yang akan menjawab. Tapi, satu hal pasti. Dalam sejarah perjuangan, sayap Garuda tak pernah dikibarkan hanya untuk menyerah. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini



No More Posts Available.

No more pages to load.