Karang Taruna, Dana Desa, dan Ketahanan Pangan

oleh -1335 Dilihat
FAIZ DUA

OLEH: FAIZ ABDALLA*)

DALAM beberapa tahun terakhir, Dana Desa (DD) diatur untuk dialokasikan menjadi program ketahanan pangan. Sekitar 20 persen. Persentase yang cukup besar. Mengingat urgensi menjawab persoalan supply-demand pangan. Sehingga urban farming atau urban agriculture bisa dilaksanakan dalam struktur paling mikro, yakni rumah tangga di desa.

Satu Tahun, Tiga Alhamdulillah

Hanya saja, praktik di lapangan sangat beragam. Ada yang dibelikan beberapa kambing. Ada juga yang dibelikan bibit, lalu dibagikan ke ibu-ibu PKK. Bahkan mungkin ada yang dibelikan bibit tapi hanya disimpan di gudang balai desa. Selebihnya, ada yang diwujudkan dengan membangun green house.

Green house pun, ada yang diberdayakan secara serius. Melibatkan masyarakat untuk benar-benar mewujudkan keberlanjutan pangan. Ada juga yang belum dilaunching, namun bangunan sudah terbengkalai. Tak terurus secara serius.

Dari sinilah, fungsi monitoring-evaluating pemerintah kabupaten (Pemkab) sangat penting. Sebagai struktur berhimpunnya pemerintah desa, efektifitas belanja di desa sangat mempengaruhi kualitas program daerah. Bahkan, kualitas fiskal daerah. Output dan outcome-nya. Kualitas belanja yang baik di desa, mempengaruhi manajemen perimbangan anggaran daerah.

Desa Doudo, Kabupaten Gresik, mungkin bisa jadi salah satu rujukan bagaimana mengagregasi program ketahanan pangan di desa. Sudah sangat lama, Desa Doudo berjibaku dengan program air bersih dan sanitasi. Keberhasilan itu kemudian beranjak ke program lingkungan dan kesehatan masyarakat. Hingga Desa Doudo pun dinobatkan sebagai Kampung Proklim ketegori utama. IPAL komunal, biopori plus, komposter, bank sampah, hingga kampung 3R (reduce, reuse, recycle), berjalan sangat baik.

Investasi program-program tersebut semakin terkapitalkan dengan adanya keberpihakan dan direksional penggunaan Dana Desa untuk program ketahanan pangan. Akhirnya, per 2021, Desa Doudo mulai meresmikan desa wisata berbasis ketahanan pangan. Namanya Doudo Agro Edu Green Village.

Sejak tahun 2023, hampir setiap hari tak kurang 3 sampai 5 bus besar berkunjung menikmati wisata Desa Doudo. Yang ditarget adalah segmen pelajar, khususnya anak-anak PAUD, TK, SD, hingga SMP. Mereka akan diajak menikmati berbagai sarana edukasi bertemakan lingkungan dan pangan.

Memanfaatkan telaga dan tanah kas desa (TKD) seluas 2 hektare, Pemdes Doudo membangun berbagai sarana, mulai green house seluas 8×22 meter, pendopo kayu, media tanam terbuka, hingga foodcourt dan bangunan co-working space. Pelajar akan dipandu mulai praktik lukis gerabah, ecoprint, fun cooking, petik buah dan sayur, belajar tanam, hingga flying fox membelah ruas telaga Doudo.

Pengunjungnya tidak saja dari sekolah-sekolah di dalam Gresik. Tapi telah menjangkau di luar Gresik. Bahkan pernah dalam sebulan, total melayani 6 ribu pelajar. Angka kunjungan yang sangat signifikan mengingat karakter wisata desa ini mempersyarat ketersediaan bibit, tanaman, dan sayuran siap petik. Sehingga per awal 2024 kemarin, pihak Pokdarwis membatasi terbanyak hanya 120 pelajar per hari.

Tak kurang 30 anak muda yang terlibat dalam Pokdarwis dan mengelola wisata desa tersebut. Ke depan, dengan semakin mengembangkan sayap, maka akan lebih banyak lagi warga yang terlibat. Terlebih, hampir tiap RT di Desa Doudo memiliki kampung tematik. Satu di antaranya ialah kampung aloevera, dengan segala inovasi olahan pangannya yang dikembangkan dari tanaman lidah buaya.

Dari Doudo, kita bisa bergeser ke Kecamatan Dukun atau tepatnya Desa Wonokerto. Di sana, terdapat kader karang taruna. Namanya Alan, mahasiswa pascasarjana UGM Yogyakarta. Peraih beasiswa LPDP ini sejak 2021 membuka usaha budidaya sayur organik di sebuah lahan seluas 15×10 meter. Semula lahan terbuka, kini menjadi green house.

Tak hanya bayam, kangkung, atau sawi. Alan juga menanam jenis sayuran seperti selada romaine, kayla red, kale curly, kailan, pakcoy, hingga bayam Brazil. Pasar yang disasar Alan adalah perkotaan. Jelang panen, ia selalu mempromosikan produk sayurannya di media sosial. Banyak yang order. Bahkan sampai menjangkau pembeli di Surabaya.

Alan memilih berwirausaha produk sayuran karena sangat meminati bidang pertanian. Sengaja, ia pilih metode organik, yakni budidaya tanpa bahan kimia. Baik saat pemupukan maupun penyemprotan. Hasil yang ia produksi pun tetap sehat dan kaya nutrisi.

Selain bisa menyerap tenaga kerja, usahanya itu pun telah mulai banyak dikunjungi sekolah. Sama seperti Desa Doudo, kebanyakan yang berkunjung adalah untuk keperluan pendidikan merdeka belajar dan pengajaran tematik pertanian atau pangan. Tak sedikit juga mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang magang di usaha milik Alan tersebut.

Belajar dari kedua contoh di atas. Bagaimana Desa Doudo membaca peluang desa wisata. Ketika kebanyakan daya tarik wisata bertumpu pada spot foto-instagramable, Doudo justru mengartikulasi program ketahanan pangan desa menjadi sebuah produk wisata yang edukatif dan berkelanjutan.

Pun halnya dengan Alan, ketika mungkin masih banyak desa yang belum bisa menyelenggarakan program ketahanan pangan berhasil guna, ia justru menunjukkan sebuah socio-preneurship dengan modal dan keringatnya sendiri, dan terbukti mampu memberdayakan anak-anak muda untuk terlibat.

Bila kemudian Dana Desa untuk ketahanan pangan teragregasi, berjalan dan berhasil guna, maka bukan hanya persoalan peningkatan permintaan pangan yang lebih cepat dibanding penumbuhan penyediaan, yang akan perlahan-lahan teratasi. Tapi juga masalah ketenagakerjaan, khususnya sektor informal, yang akan terbantu melalui berjalannya program ketahanan pangan di desa dengan baik.

Dan, karang taruna dapat diberdayakan untuk itu. (*)

*) FAIZ ABDALLA, pegiat literasi tinggal di Kabupaten Gresik

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.