KabarBaik.co – Menjelang peringatan HUT ke-80 RI, Ketua PCNU Jombang KH Fahmi Amrullah Hadziq atau Gus Fahmi angkat bicara soal fenomena pengibaran bendera One Piece yang belakangan marak di berbagai tempat.
Menurut Gus Fahmi, semangat kemerdekaan seharusnya diisi dengan penguatan identitas nasional dan penghormatan terhadap perjuangan para pahlawan, bukan justru teralihkan oleh tren simbolik dari budaya populer yang tidak memiliki akar sejarah.
“Bendera Merah Putih adalah simbol sah negara. Bendera NU adalah panji perjuangan ulama. Itu yang seharusnya kita junjung,” tegas Gus Fahmi, Selasa (5/8).
Cucu dari Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari itu menegaskan bahwa warga NU memiliki tanggung jawab moral dan historis untuk menjaga semangat nasionalisme.
Ia menilai pengibaran bendera fiksi seperti One Piece dalam konteks perayaan kemerdekaan berpotensi menimbulkan kekaburan makna sejarah.
“Jangan kita melupakan sejarah hanya karena ikut-ikutan budaya populer. Kita ini bangsa yang besar, punya simbol dan identitas sendiri yang lahir dari perjuangan berdarah-darah,” ujarnya.
Lebih lanjut, Gus Fahmi menekankan bahwa bendera NU bukan sekadar simbol organisasi keagamaan, melainkan warisan sejarah yang mencerminkan peran besar para ulama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
“NU tidak berdiri di luar sejarah republik ini. Dari resolusi jihad hingga keterlibatan aktif dalam melawan penjajahan, semua jadi bukti bahwa panji NU adalah bagian dari sejarah Indonesia,” ungkapnya.
Di tengah era digital yang sarat pengaruh budaya global, Gus Fahmi mengajak masyarakat terutama warga NU untuk lebih bijak dalam memilih simbol yang digunakan dalam perayaan nasional seperti Hari Kemerdekaan.
“Kalau ingin menunjukkan semangat merdeka, tunjukkan dengan simbol-simbol yang benar. Jangan sampai bendera Merah Putih dan NU dikalahkan oleh tokoh-tokoh fiksi,” tandasnya.
Gus Fahmi berharap warga NU di Jombang dan seluruh Indonesia bisa menjadi teladan dalam menjaga semangat kebangsaan yang berakar pada tradisi, sejarah, dan nilai keislaman yang rahmatan lil alamin. (*)