KabarBaik.co – Memasuki musim kemarau menjadi masa peralihan bagi para petani. Sejumlah petani di Kabupaten Gresik harus berusaha ekstra mendapatkan air untuk mengairi tanaman padi.
Seperti halnya petani di Desa Tanahlandean, Kecamatan Balongpanggang, Gresik. Mereka rela melekan alias tidak tidur untuk memantau aliran air di saluran irigasi atau dam.
“Untuk menunggu giliran mendapatkan air, kami bahkan bisa tidak tidur sehari semalam,” ujar Yadi seorang petani di Desa Tanahlandean dengan bahasa Jawa, Sabtu malam (18/5).
Yadi menyebut hanya mendapatkan jatah air irigasi dalam ukuran tertentu dibanderol Rp 30 ribu, itu belum gas elpijinya. Tak heran petani sekarang tidak hanya menangis namun banyak yang menjerit.
Saat air mengalir itulah, para petani mengatur pembagian air di pematang sawah. Agar suplai air bisa merata. Menurutnya, ini merupakan kebiasaan rutin yang dilakukannya setiap musim kemarau tiba.
Jatah air ini hanya dialirkan bagi warga yang benar-benar membutuhkan. Alhasil, setiap petani memang berlomba-lomba ingin mendapatkan air untuk menyelamatkan padi mereka yang dalam kurun waktu sebulan, akan segera panen.
“Jika tidak mendapatkan cukup air, rata-rata padi ini akan terancam kekeringan dan gagal panen. Dengan adanya masalah tahunan ini, kami berharap agar nantinya segera ada normalisasi Waduk Gogor,” tambahnya.
Untuk diketahui, Waduk Gogor sebelumnya menjadi pemasok utama air untuk kebutuhan pertanian di Kecamatan Balongpanggang. Namun, kondisinya saat ini dangkal butuh pengerukan.
Jika dulu Waduk Gogor bisa mengairi pertanian hingga 10 desa. Saat ini hanya sekitar tiga desa yang terjangkau. Asosiasi Kepala Desa (AKD) Balongpanggang pun berencana menyampaikan aspirasi petani itu ke pihak berwenang.