Kelapa Makin Mahal, Pengepul dan Pembeli di Gresik Merana

oleh -672 Dilihat
d0dc6361 7e74 4d9e a3a0 8d86416739ab
Pedagang kelapa di Gresik. (Foto: Muhammad Wildan Zaky)

KabarBaik.co — Harga kelapa terus melonjak dalam lima bulan terakhir. Di Pasar Baru Gresik, para pengepul seperti Haji Rokhman harus memutar otak di tengah keterbatasan pasokan dan tekanan dari pengecer.

Pria kelahiran Madura yang telah menetap di Gresik dan sudah menjadi pengepul kelapa selama 20 tahun ini menyebut kondisi sekarang sebagai yang paling sulit sepanjang usahanya.

“Kini saya cuma bisa ambil sekitar 100 kelapa, padahal dulu bisa seribu, sekali ambil di satu lokasi,” kata Haji Rokhman, Selasa (15/4). Ia menjelaskan, musim hujan yang cukup panjang ini menjadi salah satu faktor menurunnya produksi kelapa dari petani.

Curah hujan tinggi membuat proses pematangan kelapa terganggu dan menurunkan jumlah produksi pohon kelapa.

Namun, bukan cuma cuaca yang menjadi faktor utama. Ia juga menyebut, tren ekspor kelapa menjadi penyebab kelangkaan. Menurutnya, banyak petani kini lebih memilih menjual ke pasar ekspor karena harga yang ditawarkan jauh lebih tinggi. “Tapi ya itu ada risikonya, seperti penipuan,” ujarnya.

Permintaan lokal yang tetap tinggi di tengah keterbatasan pasokan pun membuat harga kelapa meroket. Haji Rokhman membeli kelapa dari petani seharga Rp 18 ribu per butir, kemudian menjualnya ke pengecer seharga Rp 20 ribu. Pengecer lantas menjual ke konsumen di kisaran Rp 22 ribu hingga Rp 25 ribu.

Kondisi ini tak hanya membuat konsumen menjerit, tetapi juga menyulitkan para pengepul. Pendapatan Rokhman menyusut tajam hingga ia terpaksa mengurangi jumlah pegawai.

Tak jarang pula ia menjadi sasaran protes dari pengecer. “Mereka komplain soal harga yang makin mahal, juga soal kualitas yang menurun,” katanya.

Ia menjelaskan, banyak kelapa yang dipanen dalam kondisi belum cukup tua karena terdesak dengan permintaan pasar yang cukup besar. Beberapa petani memaksakan panen dini demi memenuhi permintaan pasar, yang berdampak pada menurunnya kualitas buah.

Rokhman berharap situasi segera membaik. Ia menyebut cuaca ekstrem, maraknya ekspor, dan tekanan pasar membuat situasi semakin kompleks. “Ini yang paling berat dalam dua dekade saya jadi pengepul,” pungkasnya lirih.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Muhammad Wildan Zaky
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.