KabarBaik.co- Pemulangan jemaah haji 2025/1446 H dari berbagai negara masih terus dilakukan secara bergelombang. Termasuk jemaah haji dari Indonesia. Hingga Senin (16/6), pukul 10.00 WIB, sudah sebanyak 85 kloter telah diberangkatkan dari Tanah Suci menuju Indonesia.
Seperti musim-musim haji tahun sebelumnya, tidak sedikit jemaah yang harus mengembuskan napas terakhir di tanah suci. Hingga pertengahan Juni 2025, tercatat ratusan jemaah haji dari berbagai negara meninggal dunia. Baik karena cuaca ekstrem, kelelahan, dan kondisi kesehatan yang menurun saat menjalani rangkaian ibadah haji.
Data yang dihimpun dari berbagai sumber, Indonesia menempati posisi tertinggi dalam jumlah jemaah yang meninggal dunia. Sampai pertengahan Juni, total ada sebanyak 275 jemaah wafat. Disusul Pakistan (18 orang), Iran (18 orang), Malaysia (10 orang), dan Nigeria (7 orang).
Jika dibandingkan dengan kuota haji resmi masing-masing negara, Indonesia yang mendapa kuota 221.000 jemaah telah mencatat 275 kematian atau sekitar 0,12 persen. Lalu, Pakistan mendapat kuota 179.210 jemaah, dengan 18 kematian (0,01 persen), Iran menerima 87.550 kuota, mencatat 18 kematian (0,02 persen),
Kemudian, Malaysia dengan kuota 31.600 jemaah, ada 10 kematian (0,03 persen). Nigeria mendapatkan 95.000 kuota, dan mencatat 7 kematian (0,007 persen). Angka ini tampak kecil secara persentase. Namun, tetap saja di baliknya terdapat duka mendalam dan cerita-cerita haru dari keluarga yang ditinggalkan.
Menurut laporan resmi, sebagian besar jemaah yang meninggal merupakan lansia dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, jantung, dan diabetes. Suhu udara di Arab Saudi yang mencapai 45 derajat Celcius saat wukuf di Arafah dan mabit di Mina turut memperparah kondisi fisik para jemaah.
Otoritas Arab Saudi dan petugas medis dari negara pengirim jemaah telah berupaya maksimal dengan menyediakan rumah sakit lapangan, klinik darurat, dan ambulans. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian jemaah tetap kesulitan mengakses bantuan cepat di tengah padatnya lokasi ibadah.
Kasus kematian ini mengingatkan kembali pentingnya skrining ketat kesehatan calon jemaah haji dan edukasi pra-keberangkatan. Dengan demikian, ibadah haji bisa dijalankan dengan aman dan khusyuk, tanpa mempertaruhkan nyawa.
Musim haji 2025 masih berlangsung. Belum selesai. Pemulangan masih terus berjalan. Sejumlah jemaah juga tidak sedikit yang masih menjalani perawatan di rumah sakit. Angka kematian ini bisa bertambah. Segenap pihak-pihak terkait, mesti mengevaluasi. Terutama sistem perlindungan jemaah kelompok berisiko tinggi. (*)