KabarBaik.co – Upaya memperkuat kerukunan dan mencegah potensi konflik sosial terus digencarkan Pemprov Jatim. Hal ini terlihat dalam gelaran Kenduri Kebinekaan bertema ‘Penguatan Kebhinekaan di Lingkungan Masyarakat’ yang berlangsung di Hotel Kampoeng Kita, Desa Condong, Gading, Kabupaten Probolinggo, Jumat (22/11).
Kegiatan Kenduri Kebinekaan ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman masyarakat mengenai pentingnya menjaga persatuan, serta meningkatkan kemampuan warga dalam menyikapi perbedaan dan informasi di ruang digital.
Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah narasumber dari unsur pemerintah hingga tokoh daerah. Kabid Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Bakesbangpol Jatim Doni Nugroho Susanto menegaskan bahwa Jawa Timur memiliki posisi strategis sebagai salah satu gerbang baru Nusantara.
“Jawa Timur memiliki SDM yang kreatif dan inovatif serta didukung lembaga pendidikan yang berkualitas dengan memiliki 7 bandara, 37 pelabuhan dan 12 ruas jalan tol,” ujar Doni dalam sambutannya.
Sementara itu, Anggota Komisi A DPRD Jawa Timur Dr. Soemarjono menyoroti pentingnya menjaga keberagaman sebagai kekuatan bangsa. Ia menekankan bahwa kebinekaan merujuk pada keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan yang telah menjadi identitas masyarakat Indonesia.
“Di Indonesia, prinsip Bhinneka Tunggal Ika berbeda-beda tetapi tetap satu menjadi pilar utama dalam menjaga keharmonisan di tengah heterogenitas,” katanya.
Soemarjono juga memaparkan tantangan kebhinekaan di masyarakat modern seperti polarisasi sosial, perbedaan pandangan yang semakin tajam, hingga echo chambers di media sosial. Selain itu, kesenjangan ekonomi juga menjadi faktor yang rawan memicu kecemburuan sosial dan konflik antarkelompok.
“Hoaks dan disinformasi, penyebaran berita bohong yang dengan mudah memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa,” tambahnya.
Pada sesi berikutnya, Ketua Persatuan BPD Kecamatan Tiris, Busar, menyampaikan materi tentang peningkatan toleransi di era digital. Busarmengajak masyarakat untuk lebih cerdas dalam menerima informasi di tengah derasnya arus teknologi.
“Jangan mudah terpengaruh oleh konten negatif atau provokatif. Gunakan literasi digital sebagai alat untuk menyebarkan nilai-nilai toleransi dan moderasi, bukan untuk menyebarkan kebencian,” jelasnya. (*)






