KabarBaik.co – Di tengah gempuran merek-merek sepatu global, ada satu nama lokal yang terus bertahan dan bahkan berkembang dengan karakter kuatnya sendiri: Precise Shoes. Lahir pada 1989 di Surabaya, brand ini bukan sekadar produk alas kaki, tetapi bagian dari jejak panjang industri sepatu lokal yang tumbuh bersama perubahan zaman.
Kini, tongkat estafet itu berada di tangan Reza Mathilda Gozali, generasi penerus yang tak sekadar menjaga warisan, tetapi juga membawa Precise melintasi era baru yang serba digital dan dinamis. Dalam podcast Cerita Bersama Brand Lokal yang tayang di kanal YouTube JNE ID, Reza membuka banyak cerita tentang perjalanan Precise dari masa ke masa.
Reza tumbuh merasakan langsung transformasi industri sepatu dalam tiga dekade terakhir. Ia mengingat jelas bagaimana di masa orang tuanya mengelola Precise, sepatu hitam adalah primadona—serbaguna, dipakai untuk sekolah, bekerja, hingga acara resmi.
“Dulu konsumen ingin sepatu yang bisa dipakai untuk segala momen. Hitam itu jadi warna aman dan andalan,” kenangnya.
Namun, zaman berubah. Konsumen mulai mencari sesuatu yang lebih ekspresif. Warna-warna cerah muncul, pasar terbagi, dan akhirnya tren berbalik. Sepatu tak lagi hanya soal fungsi, tetapi juga gaya, identitas, dan ekspresi personal.
Reza menyadari satu hal penting: bertahan tanpa beradaptasi bukan pilihan. “Yang tidak boleh berubah hanya satu: kualitas dan harga yang tetap bisa dijangkau masyarakat. Selain itu, kita harus mau mendengar pasar,” ujarnya.
Bagi Precise, bertahan berarti menguasai dua arena sekaligus—toko fisik yang sudah mengakar dan platform digital yang terus tumbuh. Reza tidak meninggalkan keduanya. Ia menyebut strategi itu sebagai omnichannel, di mana semua jalur dimanfaatkan tanpa saling meniadakan.
Namun, masuk ke ranah digital membawa tantangan baru. Jika selama ini distribusi hanya berhenti di peritel, kini mereka harus mengirim langsung ke rumah konsumen dalam jumlah banyak dan tersebar.
“Jelas, kita tidak punya armada sendiri untuk meng-cover permintaan. Di situlah pentingnya kolaborasi. Mitra ekspedisi seperti JNE sangat membantu. Tanpa mereka, sepatu tidak akan sampai ke tangan pembeli,” tuturnya.
Di tengah persaingan yang semakin padat, kolaborasi menjadi strategi penting. Precise belum lama ini menggandeng lisensi populer asal Jepang, Ultraman Blazar, untuk merilis seri edisi terbatas. Bagi Reza, pilihan itu lebih dari sekadar strategi marketing.
“Kami dan Ultraman sama-sama legenda di bidang masing-masing. Ada semangat nostalgia sekaligus semangat untuk terus relevan,” katanya.
Tak berhenti di situ, Precise juga mulai menyasar pasar baru melalui seri Eagnas, sepatu outdoor yang dirancang untuk aktivitas hiking ringan—gaya hidup yang kini semakin digemari masyarakat urban.
Di akhir obrolan, Reza menitip pesan bagi pelaku usaha yang ingin membangun brand: konsistensi dan kemampuan mendengar pasar adalah fondasi utama.
“Kita sekarang bermain di dua dunia: offline dan online. Siapa yang bisa adaptif, dialah yang bertahan,” ujarnya.
Dari sepatu hitam penuh nostalgia hingga koleksi terbatas hasil kolaborasi lintas generasi, Precise Shoes membuktikan bahwa brand lokal bisa tumbuh besar tanpa kehilangan akar. Sebuah perjalanan yang tidak hanya tentang produk, tetapi tentang cara bertahan, mendengar, dan terus bergerak maju.