KabarBaik.co – Di tengah arus modernisasi dan gempuran produksi massal, Ichwan Erwantoro (73), warga Dusun Randulawang Krajan, Desa Bandung, Diwek, Jombang, tetap setia mengukir burung garuda secara manual. Meski usianya tak lagi muda, Ichwan masih aktif menekuni kerajinan yang telah digelutinya sejak tahun 1992.
Ketika ditemui di kediamannya yang sederhana, Ichwan tampak serius menyelesaikan detail terakhir dari pesanan burung garuda lambang negara yang juga kerap dipesan sebagai simbol Pancasila.
“Alhamdulillah, memang ada peningkatan pesanan menjelang momen kemerdekaan seperti sekarang. Tidak drastis, tapi tetap terasa dibandingkan bulan-bulan biasa,” ujar Ichwan kepada wartawan, Selasa (5/8).
Selama dua bulan terakhir, Ichwan mencatat lonjakan pesanan yang signifikan.
“Total dari Juli dan Agustus ini, saya sudah dapat pesanan 300 biji burung garuda. Permintaan ini biasanya akan terus berlanjut sampai Oktober, tergantung kebutuhan dari toko-toko langganan,” ujarnya.
Tak hanya dari Jombang, pemesan burung garuda karya Ichwan juga datang dari daerah lain seperti Jakarta, Mojokerto, hingga Kalimantan.
Harga burung garuda bervariasi, tergantung dari ukuran. Untuk ukuran terkecil, Ichwan membanderol mulai dari Rp 100.000, sementara untuk ukuran 1 meter bisa mencapai Rp 1.100.000 per buah.
“Kalau sedang ramai seperti sekarang, bisa dapat untung sampai Rp 7 juta. Kalau sepi, di bawah itu, tapi tetap cukup untuk kebutuhan rumah tangga,” ungkapnya.
Dalam seminggu, Ichwan bersama sang istri bisa memproduksi hingga 100 burung garuda. Semua proses pengerjaan dilakukan secara manual, agar hasilnya lebih detail dan berkualitas.
“Pembuatan saya lakukan secara manual karena bisa lebih rapi dan terlihat bagus,” tuturnya.
Bagi Ichwan, kerajinan mengukir burung garuda bukan sekadar profesi. Ia merasa bangga karena bisa ikut melestarikan lambang negara di tengah kurangnya minat generasi muda.
“Dulu saya kerja di Jakarta. Setelah pensiun, saya pulang ke Jombang dan belajar buat burung garuda. Saya sudah ajak anak-anak muda ikut produksi, tapi mereka tidak tertarik. Ya saya teruskan sendiri. Alhamdulillah masih bisa bertahan,” jelasnya.
Ichwan berharap, ada pihak yang peduli untuk meneruskan kerajinan ini agar tidak hilang ditelan zaman. Sementara itu, dirinya tetap semangat menyelesaikan setiap pesanan dengan cinta dan ketekunan. (*)