KabarBaik.co – Saat jutaan pemudik berbondong-bondong kembali ke kota setelah merayakan Idul Fitri di kampung halaman, Estuning Rahayu atau Estu justru memilih tetap tinggal di posko tugasnya. Perempuan tangguh ini adalah salah satu dari banyak Srikandi PLN yang mengabdikan diri untuk memastikan masyarakat menikmati terang selama hari raya.
Sebagai ibu dari dua putra, Lebaran kali ini menjadi momen kedua bagi Estu untuk merayakan hari besar di lokasi kerja. Di Tangerang, Banten, ia tidak mudik ke kampung halaman, namun tetap ditemani keluarga kecilnya.
“Alhamdulillah, saya tidak sendiri. Suami dan anak-anak tetap mendampingi saya di sini. Itu menjadi sumber kekuatan saya untuk terus menjalankan amanah ini,” ungkap Estu dengan senyum tenang, Selasa (8/4).
Sejak awal Ramadhan hingga masa arus balik, Estu bersiaga di Posko Mudik PLN Rest Area KM 14B Pinang. Di posko ini, ia mengawal langsung operasional Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) bagi pemudik yang menggunakan kendaraan listrik.
“Tahun ini, pemudik yang menggunakan mobil listrik semakin banyak. Tugas kami memastikan mereka dapat melakukan pengisian daya dengan aman dan nyaman, tanpa hambatan,” tutur Estu.
Estu mengakui bahwa tantangan saat arus balik tidak kalah berat dibandingkan masa mudik. Arus kendaraan yang meningkat dan kebutuhan energi yang melonjak menuntut pelayanan tetap prima. Namun, di tengah kesibukan tersebut, ada kebanggaan tersendiri yang dirasakan Estu.
“Lebaran tahun ini saya memang tidak mudik seperti kebanyakan orang, tapi kebersamaan dengan keluarga tetap terasa meski di tengah tugas. Suasana hangat bersama rekan-rekan PLN juga menjadi penguat. Kami saling mendukung dan meyakini bahwa yang kami lakukan ini adalah bentuk cinta, keikhlasan, dan pengabdian,” ujarnya.
Estu adalah bukti nyata keberhasilan pengarusutamaan gender di PLN UID Banten. Ia dan para Srikandi PLN lainnya menunjukkan bahwa perempuan mampu berperan aktif di ranah domestik maupun profesional. Dedikasi mereka menjadi teladan tentang bagaimana tugas pelayanan publik dapat dilakukan dengan penuh hati.
“Menjaga kelistrikan di tengah masyarakat yang sedang kembali dari kampung halaman bukan sekadar tugas, tapi ibadah. Saya ikhlas dan bangga bisa menjalankannya,” tutup Estu.
Kisah Estu adalah potret pengabdian tanpa batas. Di tengah hiruk-pikuk arus mudik dan balik, ia hadir sebagai simbol keteguhan dan cinta, memastikan setiap perjalanan pemudik tetap terang dan penuh makna.(*)






