Kyai Ageng Gribig, Tokoh Penyebar Agama Islam di Kota Malang yang Makamnya Dikelilingi Makam Petinggi Jawa Timur

oleh -418 Dilihat
WhatsApp Image 2025 03 09 at 15.07.11
Tempat wisata religi makam Kyai Ageng Gribig di Kota Malang. (Foto: P. Priyono)

KabarBaik.co – Nama Kyai Ageng Gribig sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat Kota Malang. Tak heran jika makamnya yang berada di lingkungan yang teduh di Kota Malang, sering kali dikunjungi para pejabat hingga masyarakat untuk memanjatkan doa bersama.

Lokasi makam Kyai Ageng Gribig berada di kompleks pemakaman para petinggi atau bupati berbagai wilayah di Jawa Timur. Lokasinya terletak di Jalan Kyai Ageng Gribig, Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

Beberapa waktu lalu, sosok Kyai Ageng Gribig sempat menjadi perbincangan khalayak. Karena rupanya makam tokoh tersebut tidak hanya ada di Kota Malang saja. Di Klaten, Jawa Tengah, juga ada makam tokoh dengan nama yang sama. Keanehan itu coba dijelaskan sejarawan dari Universitas Negeri Malang (UM), Ismail Lutfi.

Ismail menjelaskan, Kyai Ageng Gribig yang ada di Klaten dan Kota Malang merupakan dua orang yang berbeda. “Untuk di Malang nama aslinya tidak diketahui, dari mana asal beliau pun masih menimbulkan tanda tanya. Ini peristiwa sejarah yang tidak ditulis, namun terekam dalam tradisi lisan. Yang jelas Ki Ageng Gribig adalah tokoh ulama yang mensiarkan Islam di wilayah Gribig,” kata Lutfi, Minggu (9/3).

Apabila berkunjung ke makam Kyai Ageng Gribig, peziarah akan melihat di sekitar makam terdapat makam para petinggi dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Antara lain bupati Malang, Pasuruan, Bangil, Jember, dan daerah-daerah lainnya.

“Dulunya, Malang masih satu karesidenan dengan Pasuruan. Tak heran jika banyak bupati di wilayah tersebut yang dimakamkan di Malang,” kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Gribig Religi (KGR), Devi Nur Hadianto.

Menurut Devi, banyak kisah menarik soal keterkaitan antara kompleks pemakaman tersebut. Konon Ki Ageng Gribig memiliki kedekatan dan kerap berdakwah di kalangan pejabat, raja, maupun tokoh penting di sebuah wilayah. Karena itu, tak mengherankan jika makam Ki Ageng Gribik dikelilingi makam para bupati.

“Ini bisa jadi perjalanan Kyai Ageng Gribig yang berdakwah hingga memiki kedekatan. Yang akhirnya pejabat itu minta disarekan (dimakamkan) di sini,” jelas Devi.

Kompleks pemakaman Kyai Ageng Gribig tersebut, lanjut Devi, erat kaitannya dengan penyiar agama Islam. Warga sekitar pun sering menggelar kegiatan keagamaan di sekitar makam. Misalnya, setiap 1 Muharam atau peringatan 1 Suro sering dilakukan pembuatan jenang atau bubur suro.

“Bagi kami jenang suro dengan watak putihnya menandakan bahwa ini awal tahun, awal doa. Sebagai orang Jawa, kita hendaknya selalu berbaik sangka. Dengan harapan dalam satu tahun ke depannya yang kita minta kepada Tuhan adalah hal baik,” tandasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: P. Priyono
Editor: Hairul Faisal


No More Posts Available.

No more pages to load.