Lebaran Sepi Perputaran Uang, Kadin Jatim: Alarm Lemahnya Daya Beli Masyarakat

oleh -558 Dilihat
IMG 20250405 WA0008
Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto

KabarBaik.co – Momen Lebaran yang selama ini dikenal sebagai pendorong utama konsumsi masyarakat, tahun ini justru mencatat anomali. Perputaran uang selama Idul Fitri 2025 di Jawa Timur mengalami penurunan tajam sebesar 12,28 persen. Angkanya merosot dari Rp 157,3 triliun pada Lebaran tahun lalu menjadi hanya Rp 137,97 triliun.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, Adik Dwi Putranto, menyebut penurunan ini sebagai sinyal negatif yang patut diwaspadai. “Ini mencerminkan pelemahan aktivitas konsumsi domestik, khususnya dari rumah tangga. Ada sinyal bahwa daya beli masyarakat sedang tertekan,” ungkapnya di Surabaya, Jumat Malam (4/4).

Menurut Adik, turunnya perputaran uang sebesar Rp 20 triliun ini tidak bisa dianggap angin lalu. Pasalnya, Lebaran biasanya identik dengan lonjakan konsumsi, mulai dari belanja makanan, pakaian, hingga perjalanan mudik. Justru pada momen yang lazimnya mendorong inflasi musiman, kali ini terjadi kontraksi ekonomi.

“Ini paradoks. Seharusnya Lebaran mendongkrak ekonomi, tapi kenyataannya justru terjadi penurunan yang signifikan. Ini menjadi tanda bahwa konsumsi rumah tangga menurun tajam, seiring dengan meningkatnya kehati-hatian masyarakat dalam berbelanja,” tuturnya.

Data deflasi nasional turut memperkuat analisis ini. Badan Pusat Statistik mencatat deflasi sebesar 0,48 persen secara bulanan (month-to-month) dan 0,09 persen secara tahunan (year-on-year) pada periode yang sama. Angka ini, menurut Adik, bukan kabar baik.

“Deflasi di momen Lebaran bukan pertanda positif. Ini menunjukkan bahwa permintaan agregat melemah, dan daya beli menurun,” katanya.

Salah satu penyebab yang mencuat, lanjut Adik, adalah meningkatnya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri. Situasi ini menggerus pendapatan rumah tangga dan membuat masyarakat lebih memilih menahan konsumsi.

“Kita tahu, Lebaran adalah saat pengeluaran besar. Tapi ketika pekerjaan tak pasti, banyak orang lebih memilih menabung daripada berbelanja. Ini sangat terasa dampaknya di sektor-sektor seperti ritel, transportasi, dan pariwisata,” ujarnya.

Penurunan jumlah pemudik pun ikut menjadi indikator lain. Selain karena alasan finansial, minimnya arus mudik turut menekan ekonomi daerah, terutama sektor UMKM dan layanan jasa yang biasanya ramai saat libur panjang.

“Biasanya, ekonomi Lebaran menyebar ke daerah-daerah non-metro. Tapi tahun ini, efek ganda itu tampak melemah,” terang Adik.

Melihat situasi ini, Adik menilai perlu adanya respons cepat dari pemerintah, terutama melalui kebijakan fiskal dan moneter yang berpihak pada masyarakat. Ia menekankan pentingnya perlindungan sosial, insentif bagi pelaku UMKM, dan penciptaan lapangan kerja produktif sebagai langkah pemulihan.

“Kalau tren ini tidak segera diatasi, kita bisa kehilangan momentum ekonomi di kuartal-kuartal berikutnya. Padahal, target pertumbuhan ekonomi 2025 cukup ambisius,” ujarnya tegas.

Adik menutup pernyataannya dengan sebuah peringatan: penurunan perputaran uang saat Lebaran bukan sekadar isu musiman. “Ini adalah alarm awal. Jika daya beli terus melemah, maka mesin utama ekonomi Indonesia pun bisa melambat,” pungkasnya.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Dani
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.