KabarBaik.co – Sebagai penghubung utama antara Desa Perning dan Desa Wonoayu di Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jembatan Deng Deng telah menjadi akses vital bagi warga sejak puluhan tahun lalu. Dinamakan Jembatan Deng Deng karena terdengarnya suara besi berdentang saat dilewati pejalan maupun motor.
Meski hanya berupa jembatan tua peninggalan Belanda yang sempit dan tanpa pagar pembatas, jalur selebar hanya 2 meter dan sepanjang sekitar 200 meter ini tetap menjadi pilihan utama karena mempersingkat perjalanan dan memudahkan mobilitas warga antar desa.
Meski vital, bentuk jembatan ini justru membuat siapa pun yang pertama kali melintas merasakan sensasi berbeda. Jembatan ini berdiri tanpa pagar pembatas, hanya sebidang jalur sempit yang langsung mengarah ke aliran sungai di bawahnya.
Tidak sedikit yang mengaku harus menurunkan kecepatan, bahkan menahan napas ketika ban motor mulai menyentuh sisi tengah jembatan.
Bagi warga setempat, jembatan ini bukan hanya sekadar akses, tetapi juga bagian dari kisah lama desa. Maira, 28 tahun, salah satu warga pengguna setia, menceritakan bahwa jembatan Deng Deng sudah ada sejak ia kecil.
“Konon ini peninggalan Belanda, dulu dipakai untuk akses tebu menggunakan lori. Jadi dulu ada rel lori yang kemudian dijadikan jembatan,” tuturnya kepada KabarBaik.co, Sabtu (22/11).
Keunikannya tak berhenti sampai di sana. Karena lebarnya yang hanya cukup untuk satu motor dan tidak memungkinkan dua kendaraan berpapasan, warga pun memberi julukan baru yang cukup menggelitik: Jembatan Shiratal Mustaqim.

Seperti julukannya, istilah ini merujuk pada jalan lurus tipis yang harus dilalui dengan sangat hati-hati jauh dari kata santai.
Maira sendiri mengakui, meski terkesan ngeri, jembatan ini justru paling dibutuhkan oleh warga setiap hari.
“Kalau nggak ada jembatan ini, ya harus muter jauh lewat Jetis. Jauh banget. Jadi mau nggak mau tetap lewat sini,” ujarnya. Ia pun menambahkan bahwa warga sudah terbiasa, meski tetap berhati-hati setiap melintas.
Jembatan Deng Deng kini menjadi semacam ikon kecil yang menyimpan sejarah dan cerita keberanian. Setiap motor yang melintas seperti membawa kisahnya sendiri, antara terburu-buru, rasa was-was, hingga kelegaan saat berhasil mencapai sisi seberang. Satu hal yang pasti, jembatan ini memberi pengalaman yang tak ditemui di jalur mana pun.
Di tengah pembangunan infrastruktur modern, keberadaan jembatan unik ini menjadi pengingat bahwa peninggalan lama masih memiliki nilai fungsi dan sejarah.
Jembatan Deng Deng bukan hanya penghubung dua desa, tetapi juga penghubung antara masa lalu dan kehidupan warga hari ini. unik, menegangkan, sekaligus selalu dirindukan untuk dilewati lagi. (*)








