KabarBaik.co- Di pedalaman hutan rimba Sumatra, hidup sebuah mitos yang diwariskan turun-temurun: Cindaku, roh manusia yang bisa menjelma menjadi harimau. Mereka bukan sekadar makhluk gaib, melainkan warisan dari leluhur yang pernah bersahabat dengan raja rimba.
Konon, seseorang bisa menjadi Cindaku jika memiliki darah keturunan khusus, melakukan perjanjian gaib, atau melanggar pantangan adat. Saat bulan purnama, tubuhnya akan berubah: bulu lebat menutupi kulit, mata merah menyala bagai bara, dan taring tajam memanjang. Wujudnya setengah manusia, setengah harimau, dengan auman yang sanggup membuat siapa saja jatuh sakit atau tersesat di hutan.
Raungan Malam di Bukit Barisan
Di sebuah dusun tua di lereng Bukit Barisan, hiduplah seorang pemburu bernama Sutan Malin. Ia gagah, berani, namun sombong dan serakah. Suatu hari, Malin nekat menebang pohon larangan yang dipercaya sebagai tempat singgah Cindaku. Warga sudah memperingatkan, tetapi Malin tidak peduli.
Malam itu, dari arah hutan terdengar auman panjang yang menggetarkan bumi. Malin yang sedang tidur terbangun dengan tubuh menggigil, matanya terpaku ke arah jendela. Dua titik merah menyala menatapnya dari kegelapan—mata Cindaku.
Kutukan Darah Harimau
Esok harinya, Malin ditemukan warga di tepi hutan. Tubuhnya penuh luka cakaran, dan matanya kosong tak berjiwa. Sejak itu, ia tidak lagi berbicara seperti manusia. Setiap malam bulan purnama, dari rumahnya terdengar suara raungan harimau yang memilukan. Orang-orang percaya, jiwa Malin telah direnggut oleh Hantu Cindaku Harimau, dan darahnya kini menjadi bagian dari kutukan itu.
Pesan dari Legenda
Sejak kejadian itu, dusun larangan tidak pernah lagi diganggu. Masyarakat yakin, hutan adalah rumah para Cindaku, penjaga alam yang tidak boleh dilecehkan. Legenda ini menjadi peringatan agar manusia tidak serakah, tidak merusak hutan, dan menghormati keseimbangan alam—karena siapa pun yang melanggar, bisa berakhir menjadi korban Kutukan Darah Harimau.